LINTAS ALOR

Man Sings,”Jangan Jadikan Komoditi Sebagai Gorengan Politik.

38
×

Man Sings,”Jangan Jadikan Komoditi Sebagai Gorengan Politik.

Sebarkan artikel ini

Mahensa Express-Kalabahi. Berbicara komoditi bukan hanya Kemiri sebab masih banyak komoditi  lainnya seperti, cengkeh, vanilli, mente, kopera, asam, jarak dan masih banyak lagi komoditi lainnya menjadi andalan produk hutan dan perkebunan masyarakat  Alor. Hal ini sesuai dengan penjelasan Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Alor, Sulaiman Sings,SH kepada Mahensa Express di Kalabahi pada Minggu (23/4).

Dikatakan kurang lebih 2000 km persegi luas daratan Kabupaten Alor, luas hutan produksi berupa komoditi hanya sekitar 20.000 hektare, dan 10.000 hektarenya adalah hutan produksi Kemiri. Tanaman komoditi yg ditanam masyarakat untuk Kemiri usianya diatas 30 tahun.  Pada sepuluh tahun terakhir tidak ada lahan baru untuk tanaman komoditi yg berhasil. Artinya dalam kurun waktu itu ada program penanaman oleh pemerintah tetapi tidak berhasil karena berbagai faktor kendala tanpa dievaluasi kegagalannya,”Katanya.

Dijelaskan tanaman komoditi apabila direncanakan dengan baik dalam jangka panjang dapat menjadi faktor pemicu kesejahteraan masyarakat Alor. Program anakan tanaman komoditi oleh pemerintah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir selalu ada setiap tahunnya dengan anggaran ratusan bahkan miliar rupiah. Tetapi resiko gagal tanam sangat tinggi. Akibat dari salah arah karena keberhasilan bukan menjadi tujuan melainkan proyeknya cepat terselesaikan.

Dia mengatakan orientasi program bukan pada kesejahteraan masyarakat tetapi  lebih pada proyek oriented, alias yg sejahtera ialah yang kerja proyek anakan. Hal ini diperparah dengan kebutuhan akan papan cor yang  begitu besar dengan sasaran pohon kemiri menjadi sasaran sensor. Ini berakibat tanaman kemiri bukan bertambah banyak terapi jumlahnya terus menurun baik pohon maupun produksinya.  Lanjutnya akhir-akhir ini semua orang berdebat soal harga komoditi, mereka mengajukan berbagai argumentasi, ada argumen yg bisa diterima tetapi banyak juga yang asal asalan. Lebih konyol lagi banyak argumentasi yang mendekati khayalan atau sekedar bernostalgia,”Ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *