Editorial

Cerpen: RITA AMELIA MOENSAKU “Luka Cinta Pertama”

117
×

Cerpen: RITA AMELIA MOENSAKU “Luka Cinta Pertama”

Sebarkan artikel ini

“Siapa sih yang tidak mengenal cinta pertama ?”

“Cinta pertama itu beda loh sama pacar pertama. Kalau cinta pertama itu, someone special,, ia adalah orang yang kita cintai pertama kalinya, namun ada juga yang tidak sempat dijadiin pacar. Sedangkan pacar pertama itu orang yang kita cintai setelah dia yang menjadi cinta pertamamu.”

Sama halnya denganku, aku juga mempunyai seseorang yang kucintai saat pertama kali bertemu. Kata orang, cinta itu timbul saat kedua mata saling bertatapan pada pandangan yang pertama. Yah,,,, tatapan yang sangat berbeda saat pertama bertemu. Kuingat betul,, perjalanan cinta yang kualami saat mengenal cinta pertama. Tatapan itu, wangi itu, dan bahkan segala tentangnya sangat kuhafal. Seakan – akan ia telah lama bersamaku. Tatapan, senyumnya, terngiang – ngiang di kepalaku hingga saat ini.

Cinta pertamaku dimulai saat memasuki masa SMP. Saat itu usiaku sekitar 13 tahun. Dari kampungku, aku memutuskan melanjutkan pendidikan di kota, bersama sepupuku. Sekolah kami ini termasuk salah satu sekolah menengah yang menjadi favorit di kota itu. Aku dan sepupuku  seangkatan dan seumuran. Saat itu, banyak sekali siswa dengan berbagai macam wajah yang tak kukenal. Kemana – mana hanya kuikuti langkah kaki sepupuku. Karena tempat tinggal dan lingkungan sosial yang sudah ia kuasai di kota itu. Maklumlah,, anak kampung yang baru pertama kali ke kota. Eitsssss,,,,, tapi sebelum itu aku pernah kok berlibur ke kota saat SD kelas 4.

Saat itu, merupakan hari pertamaku bersama teman – teman  di kelas. Tak banyak yang kukenal. Sekitar 3 orang saja yang kukenal, salah satunya adaah sepupuku. Jam pelajaran Bahasa Inggrispun dimulai. Posisi dudukpun diatur oleh guru. Tak kusangka, posisi yang ditentukan membuatku canggung. Posisi yang diatur ternyata berpasanagn dengan lawan jenis. Waktu itu, aku ditempatkan pada bangku paling depan dan menjadi teman sebangkuku adalah seorang yang tak kukenal asal – usulnya. Usianya sebaya denganku. Seorang pria tentunya. Rasa canggung dan malu membuatku tak berani bertanya padanya.

“ohh Tuhan,,,Siapa dia ??” bisikku lirih .

Beberapa saat berlalu, bibir ini tak mampu mengatakan apa – apa. Tak satupun kalimat yang mampu kuucapkan. Bibir ini seakan – akan ada penguncinya. Ada rasa yang berbeda.

“Anehhh”, pikirku.

pikiranku kembali kacau. Jantungku berdegup lebih kencang. Rasanya mengebu – gebu. Adakah tabuhan gendang dalam dadaku ?? aku jatuh cinta ? masa sih ?

Umurku tidak pantas untuk jatuh cinta rasanya. Pikiran tentang cinta belum sama sekali melintas dalam benak ini. Apa sebenarnya yang aku rasa ? apakah pantas aku merasakan perasaan yang aneh ini ? belum pernah kurasakan hal seaneh ini. Jiwaku, bahkan ragaku bergetar saat dekatnya.

Beberapa saat kemudian, ibu guru menyuruh kami untuk saling berkenalan dengan dengan teman sebangku. Aku memulai perkenalan singkat itu,,,

“namaku Mita!!” sambilku sodorkan tangan.

“Aku,,, Tian!!”, sambil mejabat tanganku.

Sekujur tubuhku gemetar. Aku berkeringat. Perlahan – lahan kutatap matanya. Kuperhatikan matanya saat menatapku,  tak ingin ku lepaskan tanganku dari padanya. Aku terhanyut dalam tatapan sendunya, hanyut dalam gengaman erat tangannya. APA INI ?  perlahan – lahan ia menarik kembali tangannya. Aku tersentak kaget, aku malu jadinya. Untung saja tak ada yang melihatnya. Namun, saat kupalingkan pandanganku ke meja guru, si Ibu hanya menatap sambil tersenyum simpul. Pipiku memerah, perasaan maluku bertamabah parahnya.

“ayo,,, kita kerjakan tugasnya!!”, kata Tian memecah keheningan itu.

“ohh yah,,,”, sahutku malu

Segera kami mengerjakan tugas Bahasa Inggris itu. Kami membagi tugas. Ia mencari arti kata dalam kamus, sedangkan aku bertugas menuliskan kata –kata dalam buku. Kekompakan kami berdua membuat banyak teman yang merasa cemburu. Sampai ada yang mengatakan padaku

“kalian kompak ya,,, lihat aku sama Ryan. Yang ada bertengkar melulu” kata Tania kusut

Tak kujawab. Hanya senyum malu yang ada padaku. Aku bangga padanya, bangga pada semua kekompakan ini. Aku berharap semoga kekompakan ini tetap terjaga, tetap terus ada.

Pelajaran hari itu berakhir. Saat perjalanan pulang, ia sudah bersama teman – teman cowoknya. Sedangkan aku bersama teman – teman cewek yang lainnya termasuk sepupuku. Jalan puang kami berbeda arah. Sejenak aku memperhatikan  jalan pulangnya. Terus kulihatlangkah kakinya hingga ia hilang dari pandanganku. Perasaanku berubah kecewa. Rasanya aku telah kehilangan sesuatu. Kupalingkan pandanganku ke arah rumahku. Kuberjalan sambil membawa bayangnya di mataku. Sejenak ku tutup mata ini, dan kubayangkan wajahnya. Tak kusadari aku menginginkannya.

***

Perasaan ini terus kupendam. Setahun telah berlalu. Pagi itu, dengan semangat yang menyala – nyala aku langsung ke sekolah. Berharap orang yang pertama kutemui adalah Tian. Semangatku terasa membakar dadaku. Jantungku mengebu – gebu.

Di pelataran sekolah dekat kelasku, kutemui beberapa siswa. Mereka ada yang kukenali, ada pula yang sama sekali tak ku kenali. Ketika bertemu dengan teman sekelasku Astri dan Tania, mereka segera memanggilku. Dan apa kamu tahu ? mereka menceritakan bahwa ternyata Tian telah menjalin asmara dengan temanku Ratna. Seketika itu semangatku padam. Hatiku hancur. Hati ini tak mampu menahan sakit. Rasanya ingin pergi jauh. Aku berjalan perlahan menuju ke kelas.

“Meta,,,, Met,,,,,!!” teriak Tania

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *