Kekuasaan memang penuh nikmat pragmatis
Selaras dengan naluri nafsu manusia yang cenderung tamak
Dekat dengan kekuasaan memang tak mengapa
Namun ini tentang kualitas kedekatan
Kualitas kontribusi bagi efektifitas efesiensi kebermanfaatan suatu rezim
Kita menjilat sepatu kekuasaan laksana budak
Menjilat lubang dubur kekuasaan hingga bersih selicin-licinnya
Sesama penjilat berlomba-lomba menjilat
Sembari menunjukkan prestasi jilatannya
Agar terus disayang, dipelihara dalam gudang hipokrit
Kita tak lagi rasional dengan segala bau busuknya
Segala celoteh penguasa adalah firman dan sabda
Yang mencaplok kebenaran mutlak
Kita represif terhadap yang dikuasai jika mulai mengacung tangan kritis
Kita bersembunyi di balik prestasi angka-angka kamuflase tanpa realitas empirik
Siaga satu sebagai tameng saat serangan rakyat super lemah
Ini bisnis citra bung. Meninabobokan rakyat dengan pelukan drama
Namun kebijakan di balik meja empuk kekuasaan kontradiktif dengan pelukan pencitraan
Yang disajikan tim dokumentasi kekuasaan
Demi tersembunyinya belati di balik senyum kekuasaan
Mari bung jilat terus anus-anus kekuasaan dengan lahapnya
Sembari memejam mata tanda kenikmatan
Mari bung jilat terus telapak kaki kekuasaan
Yang dijilat puas, yang menjilat puas
Menjual harga diri kita demi har-Ta dan tah-Ta.
Satu hikmah berharga yang kita ajarkan yakni “Kesetiaan”.
Puisi Rahmad Nasir, Menjilat Anus Kekuasaan
