Editorial

“Cerpen” Batua Abdullah Meratap Pusara Ibu

53
×

“Cerpen” Batua Abdullah Meratap Pusara Ibu

Sebarkan artikel ini

Perkampungan kecil di kaki gunung raja yang kini telah mekar menjadi sebua desa ( Laeifal / Lewalu),
Disinila tumpahan darah ibu mengalir membasahi tanah kering,miring dan bebatuan dalam mempertaruhkan nyawa demi kehadiranku di bumi ini,,.,….begitu sadis derita yang ia alami, mual bahkan munta darahpun tak luput,lema dan lesu,hilang nafsu makanya,tersiksa hari berlalu bulan…
Kakinya bengkak dan bernanah jangankan untuk melangkah diatas lantai…diatas hamparan tikar emas pun ia tertatih demi sibuah hati belahan jantung.,……
Namun setentak terobati dengan hadirnya suara tangisku yang merobe sunyinya malam itu,iapun tersenyum seakan tak menghiraukan bagian tubuhnya yang robek akibat sabetan pisau bedah….yang berusaha meloloska kepalaku agar tidak banyak menelan air tubah.
Dari sinar matanya ia begitu iklas,bahkan menukar nyawanya dengan nyawa anaknyapun ia relah….
Detik berganti menit….menit berganti jam….detakan jarum jam meruba pagi berbalut malam berganti minggu…..kian minggu beruba bulan…..bulanpun merangkai tahun meruba umurku terus bertamba……,

Bukankah ia berpangku tangan,memanjakan jemari dan pergelengan tangannya dengan cahaya emas yang melingkar angkuh,,,layaknya istri sorang pejabat ???
Namun,….,.
Tidak baginya…!!!!!!
Siang dan malam ia tak bisa tidur dengan pulasnya, memikirkan lambung anaknya harus terisi,,,,agar ia tumbuh sehat kelak bisa meroba hidupnya,,,mampu keluar dari arak arakan panjang kemiskinan yang semangkin menerkam,,,…

Mendaki gunung,menjinjing bakul,menggendong botol bekas berisi air sumur tuk membasahi keringnya tenggorokan…..adalah tugas rutin yang harus ia kerjakan,…..semenjak Ayahhanda meninggalkan kami akibat menderita TBC yang berkepanjangan,…..bukan tak ada pelayanan kesehatan melaikan biaya rumah sakit yang tidak kami punya…..jangankan selembar warna uang kami simpan,untuk makan sajapun kami susah….

Sungguh malang nasipku ini,,, hidup miskin dan menjadi yatim..
….. Dalam hamparan bumi seluas ini…..tinggal berdua dirumah kumuh,berlantai tanah beratap daun lontar…hujan dan mentari sahabat kami….kala jengking dan lipan sahabat kami….tikus fan kecoak tamu abadi kami….jangankan segelas susu .. Segelas teh saja kami tak punya…..

Saat merah saga cahaya fajar menampakan senyumannya,,suara azan dikumandangkan….dalam hening sebentar ku dengar ibu sedang berdoa…ia ibuku menitihkan air mata harapan….sambil mengangkat kedua telapak tangannya yang penuh dengan goresan-goresan duri akibat membersihkan ladang jagung milik kami….agar akupun sedit menghirup aroma kebahagian …..

Saat aku mendekatinya, iapun terdiam dan menyapu ait matanya,,membalikan badan meyapaku dengan senyum manis …

Nak…. Kamu suda bangun…..
Akupun menganggukan kepalah…..
Ayo nak……ambil ait wudlu dan shalatla bersama ibu…. Mintala pada Tuhan agar ibu diberi umur panjang…..sungguh ibu tak mau engkau mengarungi bahtera hidup ini dalam kemiskinan dan kesendirian…..

Saat duduk bersila…..aku melihat kaki ibu penuh dengan luka akibat karang yang merobek,,suntikan,-suntikan kerikil jalanan yang tajam….sabetan duri putri malu yang membelai kaki meninggalkan bekas merah berdarah….kaki yang keras dan hitam akibat panasnya matahari yang tiap hari memanggang telapaknya…….
Aku merangkul kakinya…..
Bu ….kaki ibu banyak yang luka…..mari ku urapi dengan minyak hangat agar cepat sembuh….
Dengan senyum ketegaran..meskipun menahan rasa sakit ia dengan lembut menjawab….
Sayang…. Kaki ibu tidak apa apa ….ini hanyala goresan kecil ….sebentar juga sembuh koooo….
Ibu minta kamu rajinla sekolah… Rajinla belajar.. Dan rajinla berdoa. Minta Tuhan jaga ibu dan kamu sayang ( sanbil membelai rambutku)

Waktu telah menunjukan pukul 06.00 Wita ..
Ibu harus berabgkat keladang mencari modal jualan untuk menjawab kebutuhan sekolah..
Ibu……: Nak persiapkan dirimu untuk pergi menimba ilmu di bangku sekolah….ingat pesan ibu yaaaaa nak….

Aku bersiap diri mengenakan baju seragamku lalu sarapan bersama ibu…..meskipun sealakadarnya aku cukup menikmati ubi bakar berlauk ikan tali dari Pura…..
Akupun menamatkan SLTA dengan nilai yang cukup membuatnya tersenyum dan bersemangat….

Bu…..biarkan aku membantu ibu bekerja diladang agar beban ibu sedikit berkurang….
Dengan wajah nemerah ibu menjawabku

Nak….. berangkatla ke kota. Untuk melanjutkan studimu…!!!!!
Itula carah kamu mengurangi beban ibu…bukanya bertani seperti ibu…

Dengan berlinang air mata ia ibuku bangkit dari duduknya lalu memelukku seakan ada harapan besar untuk masa depanku nanti….
Aku melihat rambut di kepalanya kian rontok dan menipis akibat gesekan tali bakul yang berkepanjangan.. Menjinjing bakul dari rumah kerumah menawarkan daun jeruk purut,,daun singkong,,lengkuas dan kunyit demi menyekolahkanku… Kadang ia ibuku diludahi…..di usir bahkan ia tolak hingga jatung tersungkur memeluk bakulnya….meskipun begitu ia ibuku terus. Tersenyum menerima hadia itu…

Waktu terus berlalu……..
Aku terus dan terus meraih mimpi…..di kampus Muhamadiyah kota Kalabahi…
Bahkan libur kampuspun aku tak di ijinkan pulang membantunya mengumpulkan rupiah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *