Dewasa ini wawancara politik menjelang Pilkada melalui jalur politik formal maupun nonformal banyak diperbincangkan lewat tulisan di media masa maupun forum-forum diskusi dan seminar. Para tim sukses mulai bekerja keras,mencucurkan tenaga,pikiran,harta bahkan menggadaikan harga diri di media masa seperti Facebook dan WhatsApp demi satu tujuan akhir yakni sang jagoannya harus memenangkan pertarungan politik ini….
Hujatan-hujatan setajam silet,pedis,pahit,mengiris hati,mematuk pikiran bahkan ku aku katakan kalimat-kalimatnya itu dapat meluruskan tulang belakang,mematahkan urat nadi kerana kaku, dan merobek anus yang sempit terus mengalir deras disetiap jam,menit bahkan detik laksana mobil kehilangan kendali ( gas takancing rem putus).
Tidak sedikit yang menjadi tersangka,mulai dari tersangka pelaku penodaan sampai dengan korban yang dinodai,jadi tersangka nama baik sampai dengan nama samaran….semua seakan menumbuhkan benih permusuhan, baik dari kubu kawan sampai dengan kubu lawan yang terus berjatuhan laksana gugur daun dimusim kemarau,namun hal ini bukannya menjadi titik jerah bagi calon calon pelaku lainya melaikan dianggap seperti dihidangkan minuman dingin dikala haus ” semangkin diminum semangkin terasa haus ”
Menjadi pertanyaan adalah bukankan negeri ini tanggung jawab kita semua untuk merawat dan menjaganya?????
Fenomena ini tidak terlepas dari pengaruh trend civic aducation di daerah-daerah yang suda cukup maju dalam berdemokrasi seperti Kabupaten Kupang…Manggarai…..Belu dan kabupaten maju lainya di Provinsi NTT ..masalah ini setidaknya menjadi indikator akan besarnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya demokrasi dalam pendidikan politik sebagai sebuah nilai dan mekanisme hidup antara sesama masyarakat, sejalan dengan momentum transisi menuju demokrasi seperti ini dianggap oleh segelintir orang sebagai sebua kesempatan paling baik.namun sayang disalah gunakan.
Bersandar pada kesadaran tersebut,demokrasi yang seharusnya menjadi sesuatu yang sederhana saja bagi masyarakat alor dapat menjadi hal yang sangat mahal, meskipun tanpa upaya untuk mewujudkanya…
Asumsi ini tidak berlebihan bila dikaitkan dengan warisan tradisi yang katanya tidak demokratis yang di tinggalkan kekuasaan masa lalu…. Artinya sebagai sebua pilihan terbaik demokrasi harus dibiarkan dan ditransformasikan, khususnya bagi generasi muda melalui jalur pendidikan demokrasi yang dikemas dalam bentuk program vivic afucation bukannya memberikan pelajaran untuk membangun politik saling menghujat,menyilang,mengklaim,dan menjilat.
Untukmu yang disebut senior ajarila hal baik dalam berpolitik kepada generasi muda tunas daerah ini yang cerdas dan kritis terhadap berbagai persoalan di desa maupun daerah agar mereka mampu menyamaikan landasan kultural dalam berpolitik bagi terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur dimasa mendatang.
Tentang para politisi bisa ku katakan saat ini engkau sedang berusaha merai segalanya dengan carah yang kurang baik…engkau mengunbar fitna-fitna murahan,mengobral janji palsu sambil menyanyikan sair lagu inang bobo dan amang bobo…
Engakau teriakan akula yang terbaik yang Tuhan hadirkan untuk menjawab kesusahanmu…..akula tim sukses dari si Anu…,” tapi sayang kenyataanya engkau gagal” aku membangun posko kemenangan tapi aku kala”