Ungkapan sabda ini kutuliskan untuk menghibur hati yang sungguh tak kuat lagi dalam mencari batas derita yang terus minimpaku….
Namaku Arman pemuda yang terlahir dari rahim seorang ibu 25 Tahun yang lalu,disebua desa ( ???????) Kecamatan Alor Barat Laut ( ABAL) kab.Alor NTT
Berjalan menuju ujung harapan, dengan segudang tanya yang menimbun luka dan duka,biarkan kubawah merangkak meraih pelita makna. Kami tinggal menumpang di rumah kosong milik orang yang kebetulan masi berada di perantauan,karena kakek dan nenekku tak mampu menanggung aib ini……..
Tak bisa terbayangkan betapa pahit kisah diri ini……aku terlahir tanpa seorang ayah…..kadangkala aku termenung tentang sosok seorang ayah,…..dimanakah dirimu ayah……tidakkah engkau rindu walau hanya sedetik saya memelukku…..
Dari bisikan…..cemoohan dan hinaan tetangga terus berdatangan….belum lagi kata teman temanku disekolah….Hei Arman si anak Haram…!!!!!!
Ku menanti malam untuk bertemu ibu….ku ingin menimpahkan isi hati ini,…
Burung-birungpun berkicau diatas ranting meniupkan seruling mengiringi dukaku….ku tatap di balik jendela bertrali belahan bambu,mentari di bukit Hulnani (bagian barat) seakan ingin menutup kelopak matanya menandakan akan tiba gelap menyelimuti siang..
Aku mendengar depan langka kaki seseorang yang kelelahan,…..tiba tiba di balik pintu…..
Arman……. Ibu pulang Nak
Dengan semangat aku menyambut menurunkan beban di bahunya,, kudapati tiga ikat sayur marungga yang tersisah kala berjualan di pasar tradisional pantai Kadelang……
Malampin semangkin larut,,,ku mencoba membuka bicara…..
Bu…..apakah aku ini anak haram….apakah aku tak berayah…… Ibu…..katakan sesuatu bu????????
Ibu merangkul pundaku ….isak tangispun terdengar,air matanya mengalir deras menyapu dukaku,membasahi baju kebayanya….sambil betkata
Nak……Kamu punya ayah…..kamu bukan anak haram…..aku dan ayahmu saling mencintai namun,ayahmu Menikahi gadis lain karena menuruti cinta wasiat ibunya…hingga ibu ini dibiarkan terlantar bersamamu nak…..
Waktu terus berlalu…hanya Tuhan tempat kami berlindung dari segala dukacita berkepanjangan jikalau sedih datang menyelimuti kami hanya bisa memasuki pintu Ilahi mengusirnya dengan linangan air mata….
Kisah ini terus berlanjut hingga ibu dinikahi seorang duda tak beranak,aku cukup merasa bahagia katena telah memilki sosok ayah…
Meskipun bukanla ayah kandungku…..
Dari hasil perkawinan ini aku diberikan dua otang adik yang tampan. ….kehidupan kami sedikit membaik walau masih tinggal menumpang dirumah orang…..dan kini aku bisa menimba ilmu di salah satu kampus dikota Kalabahi….
Belum lama kering air mata ini…..belum lama rasa bahagia ini kurasakan….kanvas-kanvas putih membelai jemari menghapus kuas membentuk lukisan diri…..dia ibuku satu satunya meninggalkan kami yang masih membutuhkan belayan jemari lembutnya….berkelana kini ku seorang diri
Sejak meninggalnya ibu..kamipun di usir dari tempat kami tinggal menumpang menata hidup….
Ayah tiriku bersama kedua adik merantau di tanah Kalimantan untuk mengadu nasip….akupun putus kulia lantaran tak ada tumpangan dan biaya….hidupku kini terlunta-lunta menumpang dirumah orang. Dalam keadaan lorong jiwaku terpenjara aku mencoba menepis batas rahasia jiwaku.
Menapaki jengkal demi jengkal untuk terus bertahan hidup,menjadi nelayan adalah pilihan hidup untuk terus bertahan hidup…
Malam sunyi sepi diala sahabat yang bisa mendengarkan rintihan ini…..doaku menderu diantara jiwa jiwa yabg berkelana…..mungkinkah #matahari akan berganti #harimati????