BERSEMBUNYIKAH KAU, PENYAIR
Untuk : Jefta Atapeni
Lama tak kudengar
kau bersenandung
atau barangkali kau tengah lelah
memeluk dunia susun kata
hingga kau alpa
membaca semesta negeri kusambi
Kau ingat, penyair!
kita pernah bertukar harapan
ihwal negeri puisi
di sebuah meja perjamuan
kopi dan gelegak tawa
merambati pepucuk malam
melenanakan kita dalam
buai semesta kala itu
Bersembunyikah kau, penyair?
dambaku pada kalimat magis negeri debu
yang kau tetaskan di sebuah rumah puisi
Untukmu tuan, penyair
bersembunyikah engkau?
Alor, 2017
TELUK MUTIARA
Keruh lautmu mengajakku
mengitari pesisir sarat lumpur.
Tumpukantumpukan sampah
mengisahkan sepasang nelayan
yang karam memeluk damba
di tikungan gelombang.
Kita pernah mendepa jarak.
Kala pasang lautmu
menenggelamkan tawatawa
bocah pesisir
yang ditinggal mati bapaknya.
Mendambamu serupa
mencecap amis koral.
Dan dua ekor camar
mengabarkan ihwal duka.
Pernah kulayari hangat
deburmu
Bersama biduk tua
milik tuan pesisir.
Kukayuh sejauh mungkin
biar lesap asa menghablur
di atas permukaan lautmu.
Silir bayu menceritakan
ibuibu muda mengais sisasisa
kesedihan di tubir pantai.
Di sepanjang itu, kini tak pernah
kutemukan kau beralih rupa.
Alor, 2017
KAMI DATANG KEPADAMU
Kami datang kepadamu, meski kerap wajahmu mengalihkan pandang, lalu pergi mewariskan segala bimbang di sebuah senja yang perlahan merambati ingkarmu.
Kami datang kepadamu, membawakan segala keluh juga kesah, meski tanganmu mengepal ke arah waktu yang mengitari sumpah serapah kosongmu.
Kami datang kepadamu, tak pernah berputus asa kami daraskan segala pinta, meski matamu nyalang dalam hardik paling bengis, tak acuh, lalu berpaling dari sengkarut pikir yang gerogoti hatimu.
Kami datang kepadamu, meski segala caci tersaji laknat, umpatan kau kibaskan ke arah dada-dada repih kami. Kau sembulkan kepongahan di atas pondasi kokoh yang kau sangka abadi.
Kami datang kepadamu, lalu kau pura-pura abai perihal wasilah tempo dulu yang kau ikrarkan. Perihal mimpimu yang kau letakkan di atas kepala-kepala kami.
Kami datang terus menerus, hingga waktu menanggalkan segala kepunyaanmu.