Oleh: Fitriy Szhari.
Ku ucapkan tangis diawal salam dalam jumpa.
Kau,, ya,,, kauu. Bocah kecilku, yang telah menjelma menjadi singa
Yang mengaum lapar pada harta dan kuasa
Merintih haus dalam segala kemewahan, tetap memekik minta tambah dalam kekenyangan.
Perih tak terkira mengerogoti jiwa, saat kulihat kau mengangkang congkak, mengencingi bumi pertiwi.
Menginjak dan melindas kaum yang semestinya menjadi prioritasmu.
Rupanya kini otakmu diracun politik tak berlandas, hingga kau menjadi preman berdasi yang berlabel pahlawan.
Dulu,,. Dulu sekali, kau mengemis berharap dipilih, merayu dengan omong kosong yang memuakkan, meramu keadilan dalam kotornya permainan.
Hormat kl besar.
Kalau sempat yg paragraf ke 4
Kalimat terakhir yg layaknya gerombolan setan bertopeng malaikat.
Sekarang, apa yang kau perbuat…?? Menadah pundi-pundi rupiah, dengan menjual harga dirimu hingga tak bersisa, berkedok Pembangunan, Pendidikan, Pemerataan dan segudang lain alasan diplomatismu.
Merekayasa pada sistem dan manipulasi pada hasil.
Ada rasa aneh yang menganjal ditubuhku, saat kulihat kau dan komplotanmu bersandiwara di kursi empuk diatas panggung megah.
Kalian saling menunjuk dan membuka aib, lalu saling berjabat tangan dan menutup kebobrokan. Hingga aku binggung, tokoh manakah yang sedang kau lakoni.