Mahensa Express.Com
November 16, 2017 6:09 pm
Nama Setya Novanto (Setnov), Ketua DPR RI belakangan ramai menjadi gunjingan paska dirinya dilaporkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Dibalik berkibarnya karier politiknya, ternyata perjalanan hidupnya penuh warna. Ia pernah menjadi sopir pribadi karibnya di Jakarta, berikut catatannya.
Setnov, lahir di Bandung, Jawa Barat tanggal 12 November 1955 bukanlah politisi kemarin sore. Kiprahnya di panggung politik nasional sudah dimulai sejak orde baru berkuasa, sosoknya dikenal liat, supel dan ligat dalam pergulatan politik. Ketika Golkar tengah terpuruk di tahun 1999, dirinya tetap mampu menjinakkan konstituen hingga terpilih menjadi anggota DPR RI.
Karier politiknya terus melaju, sehingga secara berturut- turut, nama Setnov tetap bertengger di Senayan. Tercatat, ia duduk sebagai wakil rakyat mulai periode 1999-2004, 2004-2009,2009-2014 dan 2014-2019. Kepiawaiannya bernegoisasi di internal partai, akhirnya membuahkan hasil. Tahun lalu, dirinya ditetapkan sebagai Ketua DPR RI. Sebuah jabatan yang prestisius untuk ukuran seorang mantan sopir pribadi.
Menyandang predikat sebagai orang nomor satu di Senayan, ditambah jabatannya di Partai Golkar selaku Bendahara Umum, tak pelak, sepak terjang Setnov menjadi sangat leluasa. Ruang geraknya terbentang luas, praktis, tak ada tembok tebal yang mampu menghambat. Seperti dilansir tempo.co, sebelum tersandung kasus pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla, ia diduga terlibat beberapa perkara besar di tanah air.
Nama Setnov jadi bahan perbincangan publik saat terjerat kasus Bank Bali, di mana PT Era Giat Prima yang berkongsi dengan Djoko S Tjandra selaku pemilik Mulia Group, menjadi tukang tagih cessie Bank Bali di empat bank yang sudah dilikuidasi penguasa. Pitutang sebesar Rp 904 miliar, sukses dicairkan. Konon, dirinya mengantongi fee cukup besar, lebih dari separo duit tagihan.
Setnov semakin sering disebut di beberapa kasus korupsi seperti suap anggaran Pekan Olahraga nasional di Riau, permainan tender kartu tanda penduduk elektronik hingga dugaan suap terhadap Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar yang sekarang berada di bui. Di luar kasus- kasus tersebut, pertemuannya dengan Donald Trump di Amerika Serikat juga menuai kecaman. Namun, perlahan semuanya mereda.
Sopir Pribadi Hayono Isman
Usai lulus dari SMA 9 Jakarta (dulu SMA 70 Bulungan), tahun 1973 Setnov merantau ke Surabaya, Jawa Timur. Selain kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, ia bekerja di berbagai tempat. Di antaranya di PT Sinar Mas Galaxy sebagai staf penjualan dan di sebuah dealer mobil.
Setelah mengantongi gelar sarjana muda, Setnov pindah kerja ke PT Aninda Cipta Perdana milik rekannya sesama SMA, yakni Hayono Isman (sekarang politisi Partai Demokrat). Di perusahaan penyalur pupuk PT Petrokimia Gresik ini, dirinya dibebani tanggung jawab menggarap pemasaran wilayah Surabaya serta Nusa Tenggara Timur (NTT). Seringnya wira wiri ke NTT, membuatnya sangat dikenal oleh masyarakat setempat, sehingga saat Pemilu Legislatif, dia tiga kali mewakili daerah tersebut.
Merasa kariernya di Surabaya agak mentok, tahun 1979, Setnov kembali ke Jakarta untuk kuliah di Universitas Trisakti. Kendati begitu, pekerjaannya di perusahaan penyalur pupuk tak dilepasnya. Terkait hal itu, ia menumpang tidur di rumah Hayono Isman di bilangan Menteng, Jakarta Pusat. Di rumah sahabatnya, dirinya memiliki profesi tambahan sebagai sopir pribadi.