OPINI

Opini: Haris M. Kay, “Merebut Kembali Politik”

233
×

Opini: Haris M. Kay, “Merebut Kembali Politik”

Sebarkan artikel ini

Curahan Oleh : Abdul Haris M. Kay.

“Jika kita frustasi melihat begitu banyak masalah di Daerah ini, maka solusinya bukan berdiam diri sambil berharap seseorang akan menyelesaikannya”

Dua tahun lalu, saya memutuskan diri untuk sangat peduli tentang politik. Banyak tanggapan saya yang tersebar di berbagai Media, Baik Cetak, maupun online. Selalu ada pro dan kontra terhadap setiap tulisan-tulisan saya. Hal itu wajar dalam demokrasi. Namun sering sekali kekesalan muncul ketika seseorang memberi saran kepada saya: “Jangan masuk politik! Politik itu kotor!”.
Saya percaya orang-orang yang menyatakan demikian adalah bagian dari orang-orang yang frustasi melihat kondisi perpolitikan Indonesia saat ini. Oligarki, korupsi, money politics, isu rasial, agama, fitnah dan hoax digaungkan ketika kampanye. Siapa yang tidak frustasi?

Tapi saya lebih frustasi melihat itu semua tanpa mampu berbuat apapun. Yang bisa saya lakukan adalah menulisnya dengan harapan banyak orang sadar dan tergerak. Tidak ada keputusan apapun yang bisa saya ambil karena saya bukan bagian dari sistem politik. Saya hanyalah warga negara biasa yang ingin membantu menyelesaikan masalah, namun tak memiliki kekuasaan untuk melakukannya.
Lalu ketika oligarki masih begitu langgeng, korupsi makin merajalela, dan kampanye menjadi ajang tebar kebencian, apakah kita justru menjauh dari politik dengan dalih bahwa ini adalah tempat yang kotor? Lagipula, benarkah politik adalah tempat yang kotor?

Jika kita frustasi melihat begitu banyak masalah di Daerah ini, maka solusinya bukan berdiam diri sambil berharap seseorang akan menyelesaikannya. Ini sama saja seperti kita melihat sampah di depan mata kita kemudian ngomel-ngomel, tapi tidak mau membersihkannya karena kita merasa itu bukan tanggung jawab kita. Tidak bisa begitu! Masalah daerah ini tidak akan selesai jika semua warga Masyarakat tidak merasa bahwa ini tanggung jawab kita bersama sebagai Warga yang baik.
Politik bukanlah tempat yang harus dijauhi. Sebaliknya, kita harus mendekatkan diri pada politik. Karena, untuk menyelesaikan berbagai persoalan daerah yang kompleks, terjun dalam politik adalah cara yang paling masuk akal. Setiap keputusan yang ada di daerah ini adalah keputusan politik. Mulai dari harga sembako hingga setiap barang yang kita pakai berasal dari keputusan politik. Politik adalah faktor penentu. Dan saya sendiri menolak untuk menjauh dari faktor yang menentukan bangsa /Daerah ini ke depan.

Politik hakikatnya adalah tempat yang mulia. Bagi saya, definisi politik adalah kekuasaan untuk melayani rakyat. Bahkan saya berani mengatakan bahwa profesi paling mulia adalah politisi. Hanya dengan menjadi politisi, kita bisa membantu rakyat miskin, memberikan mereka akses pendidikan, kesehatan, dan pemakaman gratis, menentukan upah yang layak bagi buruh, memberi subsidi bagi petani,  membangun kultur birokrat yang melayani, membenahi ketertinggalan infrastruktur daerah-daerah pinggiran, serta menjamin bahwa hak-hak warga masyarakat tidak terabaikan. Kita bisa melakukan semua ini tanpa mengeluarkan sepersen pun dari kantong pribadi. Yang kita lakukan adalah mengembalikan uang rakyat untuk kepentingan rakyat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *