“SEDIKIT SAJA CUKUP BAGI POLITIK”
Satukanlah gumam, gumam tari-tarian menari-narilah wahai politik bermuara. Bermuara berbeda agar satu padu.
Jangan, janganlah menyakiti politik sampai tersayat.
Berbaik-baiklah politik, berpolitik indah semusim bermusim di setiap musim.
Sedikit saja cukup bagi politik. Bangga dalam kekebanggaan berbanga-banggalah berpolit selayaknya sang atlit bertarung dalam sebuah pertarungan sang lapanganlah saksi bisu, bisu mengenang….
Mengenang seperti yang itu, itulah seperti itu-itulah….
Bukit Mimpi,21/04/2018
Karya:Gabriel Romelus Ladang
“YANG INGIN AKU SAMPAIKAN”
Yang ingin aku sampaikan pada mu mungkinkah sakit tertoreh terlayang tidak sepadan. Sakit hati kah saat kabar itu, itu kabar dari mu yang ku dengar senduh mengiris pilu tertelan rasa empedu menyayat hati bangga pada mu.
Yang ingin aku sampaikan, terimakasih cinta mu sayang, cinta mu hambar terpahat hama bakteri. Resapilah cinta, cinta sudah piatu bahkan yatim pula kau kadokan cinta ini, ini cinta indah manis membahana selayak racun yang kau patrikan.
Yang ingin aku sampaikan atas nama insan kecewa ini hadir, hadir menggangu kayuh nurani kepandai dilingkupi ketumbar aroma rasa itu.
Yang ingin aku sampaiksn, sudah puaskah engkau, engkau memusinya dengan bara dendam mu, benci hati mu dan amarah tak terarah mu.
Ini tanda petik semestinya biarlah berlabuh di tambstan hati resa redup dinding keangkuan cinta mu.
Aernona, 15/06/2013
Karya: Gabriel Romelus Ladang
“SESEKALI AKU KERAS BIAR KAU BERLALU”
Air mata jatuh untuk mu pun ku usap itu pula sebabnya aku mencintai mu dari keberangkatan hati di sisi perpisahan. Perpisahan meliput kabut pesanan jagalah diri mu, berdoalah. Cinta kita kesekian kalinya hanya Tuhan mengetahuinya.
Rasakan kehancuran hati tak akan pernah aku melupan janji terucap di malam itu, malam di mana begitu deras air mata mu menetes di kulit dada ku.
Apalah arti sebuah keraguan di balik keangkuhan…?. Sudahilah tidak perlu di jawab. Ku tak membuang perminta di lubuk hati. Hanya kau kata terucap perih termadu. Kenapa…?. Kenapa sekarang terbalik, terbalik ke dalam jurang, jurang pemisah
Bukankah ini sayang
Bukankah ini apa adanya
Bukankah ini bertahan ataukah ini ejekan sang rembulan kepada sang bintang.
Lihat bentangan di bentang terbentang membaentangi batasan luasnya sang samudera.
Samudera menetes benci
Samudera menuang cinta luka dalam
Dalam mengagumi tak terpastikan.
Bolehkah garam yang kau genggam kau menggarami laut..?. Lucu ku pilu membusuk di telan ganasnya sang arus samudera.
Sesekali aku keras biar kau berlalu, berlalu menyepi di sudut sang sindiran ketamakan rayap-rayap dirayapi, wahai sang Tuhan…Ampun ku tertuang teringat akan segalanya… segalanya berbau baur terpuruk diperaki sandaran senyuman luka-luka batin terkoyak.
Fatuleu, 27/12/2015
Karya:Gabriel Romelus Ladang
“CINTA KU DILEMA KU”
Inikah cinta ku, cinta ku dilema ku.
Dimanakah hati mu wahai sang cinta ku.
Cinta ku mati nurani
Cinta ku buta nurani
Cinta ku busuk membusuk beku.
Seperti ini kah cinta ku… cinta ku mati
Mati tertelan sanubari kepicikan.
Inilah cinta ku, cinta ku di lema ku.
Kofi, 25/07/2013
Karya: Gabriel Romelus Ladang
“INIKAH CINTA KU”
Inikah cinta ku cintaku empedu termasyur
Termasyur pilu di sembilu teriris kepedihan pedihnya rasa penghianatan itu.
Inikah cinta ku, cinta ku di ujung gurauan tipis senyuman sekejab terkecapi anggaapan suratan terlisankan dalam siratan diri terhina.
Ini kah cinta ku, cinta percikan gerimis keangkuan hujan permainan niat kesucian dalam ketulusan di ibarat wajah tak bercahaya. Ini sesak sedangkan sebelah terasa kau melakukan penghinaan.
Sia-sialah bila hati, kasih tangkai hati menangis kau garingkan kepatahan.
Oebobo,19/09/2009
Karya: Gabriel Romelus Ladang
“CACI-MAKILAH AKU”
Tidak puaskah engkau menyakiti dengan irisan pisau itu, iriskanlah terus. Teruskanlah irisan mu sayang….
Kata-kata sakit terdengar akan tetapi manis tertancap di dasar uluhati perasaan terasa ngilu sayang….
Belum puaskah engkau, puaskanlah bila itu yang engkau ingini terjadilah sayang…..