Sastra

Kumpulan Puisi : Paulus Padamaley

113
×

Kumpulan Puisi : Paulus Padamaley

Sebarkan artikel ini

Doa untuk musuh

Lagi-lagi aku berdoa
Yang kesekian kalinya
Meskipun kau tak mau aamiinkan
Tak mengapa kau duduk diam bersila aman

Dan setiapkali doaku berulang
Hanya namamu yang kusebut
Bahwa tiada kesejatian lawan
Yang melawanku dari hadapan

Kau bisa saja lenyapkan aku
Di tepi senyap paling dingki
Mengurungku dilembah emosi
Yang mengendap dalam aliran nadi

Tentu saja kau bisa musnahkan akul
Di lembah kebodohan yang tak mengenal zaman
bagaikan membawa aku kepada kemunafikan

Jangan pernah kau katakan
Aku ini musuhmu yang berengsek
Ataupun pecundang goblok
Karena pada akhirnya akan meledak; Mendadak

Karya : Paulus Padamaley
Jakarta, 28 April 2018

Judul : Selembar Petaku

Tersesat mataku di peta itu
Jauh dalam ingat kumenerawang langkah
Yang terhitung satu juta seratus sembilan
puluh dua pulau telah kuarungi

Hingga sempat kugores tinta berkemasan cinta pada jejak yang terjejaki tepat pada tata letak pulau, bahwa ada yang sempat kunamai pusaka Indonesia.

Ingatanku bercampur aroma kecurigaan
Ada-ada saja yang pasti tergadaikan
Dari sekian banyak pulau itu sepertinya
Lantaran kehilangan mimpinya berkarya

Suara ingatku yang begitu parau
Kucoba suarakan selembar peta kuno
Dari balik corak-morak perkotaan
Seperti aku tersesat menempuh arah angin

Di mana sering angin timur itu
berhembus membelai dahaga akan sejuk
Beraroma lautan yang teduh dibelai perahu kayu: kepunyaan nelayan pak pandu

O, Penguasa alam raya
Ciptaan-Mu yang begitu sempurna
Maafkanlah aku yang seringkali lalai
Hingga menggadai syukurku pada kekufuran

O, Penguasa alam raya
Dengarlah sumpah sang pengembara ___
Alorku _ pulau yang berlapisan suku beradat
Kebangsaan terjunjung tinggi dalam langkah
mengarungi satu juang kemerdekaan rakyat
Aku rindu akan ” Tara Miti Tomi Nuku ”

Karya : Paulus Padamaley
Jakarta, 17 April 2018

Kau Puitis Romantis

Jari jemariku patah
Dilibas abjad kaku dari lidah-lidah
Katanya: bahasa cinta akan damai
Tapi nyatanya tak berdaulat penuh kasih

Kau sadis saking puitis
Dari kadelang
Kadelang ke petleng
Petleng ke mebung
Mebung ke benlelang
Dari benlelang ke takalelang
Pada akhirnya takalelang __ aloleng

Katanya kau rias puitis abis
Dengan lekas kau gilas dari hati tempus empedu memporanda di setiap hulu qalbu

Sebaris bulir abjad kakumu memakau puluhan kota, dari kota ke desa kau gombalin dengan selarik puitis, mereka jadi galau abis ngeliat kau yang romantis. Oh kau romantis saking sadis puitismu….

Karya : Paulus Padamaley
” perangkai sepi ”
Jakarta, 15 April 2018

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sastra

Kelu Kaku Dingin Gelap pohon kuning keemasan menyorot…