Doa untuk musuh
Lagi-lagi aku berdoa
Yang kesekian kalinya
Meskipun kau tak mau aamiinkan
Tak mengapa kau duduk diam bersila aman
Dan setiapkali doaku berulang
Hanya namamu yang kusebut
Bahwa tiada kesejatian lawan
Yang melawanku dari hadapan
Kau bisa saja lenyapkan aku
Di tepi senyap paling dingki
Mengurungku dilembah emosi
Yang mengendap dalam aliran nadi
Tentu saja kau bisa musnahkan akul
Di lembah kebodohan yang tak mengenal zaman
bagaikan membawa aku kepada kemunafikan
Jangan pernah kau katakan
Aku ini musuhmu yang berengsek
Ataupun pecundang goblok
Karena pada akhirnya akan meledak; Mendadak
Karya : Paulus Padamaley
Jakarta, 28 April 2018
Judul : Selembar Petaku
Tersesat mataku di peta itu
Jauh dalam ingat kumenerawang langkah
Yang terhitung satu juta seratus sembilan
puluh dua pulau telah kuarungi
Hingga sempat kugores tinta berkemasan cinta pada jejak yang terjejaki tepat pada tata letak pulau, bahwa ada yang sempat kunamai pusaka Indonesia.
Ingatanku bercampur aroma kecurigaan
Ada-ada saja yang pasti tergadaikan
Dari sekian banyak pulau itu sepertinya
Lantaran kehilangan mimpinya berkarya
Suara ingatku yang begitu parau
Kucoba suarakan selembar peta kuno
Dari balik corak-morak perkotaan
Seperti aku tersesat menempuh arah angin
Di mana sering angin timur itu
berhembus membelai dahaga akan sejuk
Beraroma lautan yang teduh dibelai perahu kayu: kepunyaan nelayan pak pandu
O, Penguasa alam raya
Ciptaan-Mu yang begitu sempurna
Maafkanlah aku yang seringkali lalai
Hingga menggadai syukurku pada kekufuran
O, Penguasa alam raya
Dengarlah sumpah sang pengembara ___
Alorku _ pulau yang berlapisan suku beradat
Kebangsaan terjunjung tinggi dalam langkah
mengarungi satu juang kemerdekaan rakyat
Aku rindu akan ” Tara Miti Tomi Nuku ”
Karya : Paulus Padamaley
Jakarta, 17 April 2018
Kau Puitis Romantis
Jari jemariku patah
Dilibas abjad kaku dari lidah-lidah
Katanya: bahasa cinta akan damai
Tapi nyatanya tak berdaulat penuh kasih
Kau sadis saking puitis
Dari kadelang
Kadelang ke petleng
Petleng ke mebung
Mebung ke benlelang
Dari benlelang ke takalelang
Pada akhirnya takalelang __ aloleng
Katanya kau rias puitis abis
Dengan lekas kau gilas dari hati tempus empedu memporanda di setiap hulu qalbu
Sebaris bulir abjad kakumu memakau puluhan kota, dari kota ke desa kau gombalin dengan selarik puitis, mereka jadi galau abis ngeliat kau yang romantis. Oh kau romantis saking sadis puitismu….
Karya : Paulus Padamaley
” perangkai sepi ”
Jakarta, 15 April 2018