“PERNAH BERSALAH”
Sesalilah pada detik mimpi tak terwujud di ujung ufuk, goreskan rasa sesal terdalam pada berlalunya hari-hari terpahit. Senja mulai bergegas lalu berlalu perlahan ke pangkuan sang peradu. Dekatkan setetes usapap ucapan berisi sinonim bibir beku memerah kaku.
Sayang, dekaplah aku jangan genggam akan badan bernanah kumal, cinta ku, rindu ku, senyum perjuangan ku. Seutas tali mampu ku pintal bila ijin hadir ku rakitkan buat mu kasih ku manis ku manja. Rindukah diri ini dalam tanya logika hayalan ku.
Sayang berbaringlah bukan ke bawah namun sinilah baring ke atas dada luka-luka ku ini. Bila kau rindu berusaha jangan mengingat.
Bila kau kedinginan selimutilah diri mu sayang, pilu memang terasa mengiris lembut mengajak berlalu ke angkasa keangkuah kasih sayang kecurangan di kuku ujung darah.
Pernah bersalah tatkalah cinta mu di dusta.
Pernah bersalah saat kau lupa ku ingatkan betapa pentingnya rasa itu.
Oh sayang…. pernah bersalah kalamana engkau bangga saat itulah kehancuran cinta mulai terkikis penghianat.
Pernah bersalah dari deru kecolongan melepas mu untuk mu bertahan.
Kaulah takhta ku sayang, takhta teratas pelupu cinta fiktif bukan belaka kini nan jauh tak ku lihat raga mu lagi.
Tanjung Sembilan 01/06/2013
Karya : Gabriel Romelus Ladang
” REMBULAN DI ATAS LAUT ”
Menarilah wahai sang malam, bermainlah wahai sang siang, bergegaslah sang pagi. Lantun ku berhempasan bibir-bibir butiran pasir terbujuk sang mutiara. Dengki pun tak terarah seakan-akan mengajari ku ke peraduan sang rembulan. Tanya dalam tangis diam membisu tanpa bisikan.
Kedangkalan dasar laut tak pahami aku lagi galau. Gelombang laut mengejek ku tetap teguh pijak kaki ku tanam dalam mulut pasir pantai Jawa Toda Wato.
Bengis membahana semakin menekan nurani teriris. Bayang-bayang itu aku kuburi di dasar lautan biru. Bibir sudah bisul terkoyak batin terkulai.
Rembulan di atas laut, jangan kau berlalu temanilah aku selagi aku belum terjaga malam sunyi ini. Ceritalah bersama ku, lafalkan goresan puisi buat ku hingga fajar menyongsong.