Bapak Angkuh:
Kepada Yth :
bapak angkuh
dari serbuk liurmu yang telah menjadikan ia janji
kami tak butuh sepeser pun harus kau tepati
sebab janjimu bukan kau sepakati dari hati nurani
dengan rakyat seketika kau wartakan dimata publik
mereka hanya sedang mendengakan
mereka hanya sedang mengangguk merangkul kata-kata liarmu
terucap dari bibir tebalmu barbau mesium politik purba kala
kini telah menjadikan ia janji, apakah kau konsisten dengan visi _ misimu
bapak angkuh, dikala malapetaka kau bawa datang
duka itu, derita itu, darah itu berbau nanah menempel di dinding-dinding waktu
melepas mereka ditengah badai terombang-ambing merampas kebahagiaan
lalu janji-janji itu jadi hening sebelum mereka tagih dipengadilan
bapak angkuh, seketika desa itu jadi sunyi
angin sakal merampas suara-suara mimpi
sementara malam masih panjang harus dilalui
namun air mata itu, air mata itu,
terus mengalir melukis duka yang takkan pernah selesai
hingga tenaga mereka terkuras habis dititian gelisah penuh dusta
bapak angkuh, kau tahu mereka tak bisa tidur
senantiasa sabar menunggu janji purba kala
sementara kamar mereka tanpa plafon melangit mimpi
untuk apa bermimpi tinggi kalau sayap-sayap ditunggangi; bapak angkuh.
Karya : Paulus Padamaley
Jakarta, 1 Mei 2018.
Aku Pasrah:
Robek mulutku selayaknya daun telinga kau cabik dengan kata-kata angkuh
Robek dan belah dadaku selayaknya ujung lidah menjilat kedua bibir; Nyonya
Cambuk aku selayaknya tuan memperkosa nyonya tanpa alas kasur
Aku pasrah diperkosa
Aku tabah tanpa daya
Aku rela kau bertahta
Aku rasa saat itu kau jadi perkasa
Dan, aku pun jadi bergeira melihat nafsumu membahana mendabik dadaku yang telanjang, sungguh aku dibuat mabuk oleh air liurmu, aku ingin kau menyulut desahan nafas kedalam kata-katamu, agar menjadi suara parau, kacau, balau mencari jalan pulang.
Karya : phasi padamaley
” perangkai sepi “Jakarta, 7 Juni 2018.