” Pikirmu Aku Adalah Pelacur ”
Sang lelaki dermawan, sanjungan hati busuk. Penghina.
Puing-puing dusta mulai kau benarkan, dalam gubahan. Kepalsuan.
Tengik kerancuhan, menggelora sakit tertata unik. Bergelora.
Seduh perayaan dua puluh empat Desember, bagai binatang tak bermoral, kau lelaki yang ku cinta.
Menghina
Mencaci
Mengancam
Katamu, dalam pikirmu aku adalah pelacur. Kaulah pelacur.
Lihat, lihatlah dalam rasamu, rasa telah matimu itu.
Jari mungil memanggilmu.
Pelacurku karenamu, aku bukan pelacur.
Sakit ini
Rasa ini
Pikiran ini
Tak kau akui setitikpun, iya tidak setitikpun.
Di mata hatimu, aku adalah pelacur.
Aku adalah caci-makimu
Aku adalah anjingmu
Aku adalah, dan adalah serta adalah aku di hati busuk wangianmu.
Aku adalah penghinaan.
Aku adalah wanita pelacurmu.
Belum puaskah engkau, wahai sang lelaki pencitra penghina.
Aku hanya mampu mendoakanmu.
Aku hanya bisa, diam dalam keteduhan doa.
Tuhan jagalah hatiku.