Sastra

Kumpulan Puisi : Phasi Padamaley

93
×

Kumpulan Puisi : Phasi Padamaley

Sebarkan artikel ini

Selamat pergi kemerdekaanku)

Selamat pergi kemerdekaanku :

Seketika aku katakan merdeka
Saat itupun aku bisa saja mati dimatamu
Sebab matamu adalah segala misteri
Yang membawaku dipangkal buta _ tuli

Yaa, bisa saja jati diriku dipungkiri
Dan tersingkir pergi ke pegadean
Menjadi sejatiku yang tergadai
Cuma-cuma saja aku suarakan kebebasan

Pada akhirnya segala duka dan nestapa
Masih saja bermain di hati paling diam
Membicarakan aku yang munafik
Tentang kematianku dimatamu

Oh, dimatamu aku mati lagi
Aku mati yang kesekian kali
Aku hilang daya membantai sang penguasa
Aku seperti di kuasai matamu yang segala misteri

Karya : Phasi Padamaley
” perangkai sepi ”
Jogja, 17 Agustus 2018

PARA PENGHAKIMI 1

Nasihat Lama Dari Kedalaman Damai
Rahmat

Zaman macam apa ini
Umat-umat diperintahkan ikuti kekinian
Menuruti suara dengki menghakimi
Mengkafiri setiap jiwa yang sesaatnya belum sesat

Suara pengakuan menghakimi terlantun
Mengalun sebuah nada dengki
Dari bibir-bibir tokoh yang maunya menokohi kuasa-Nya Illahi

Tuan Guru, kau ini ceramah tak lagi religius
Apalagi di majlis ilmu umat masih awam
Dan awang-awang tentang keagamaan
Jadi sebaiknya perkenalkan umat
dengan keimanan sertamerta ketaqwaan

Karya : Phasi Padamaley
” perangkai sepi ”
Jogja, 15 Agustus 2018

Judul : surat cinta untuk mimpi

dan yang saya takutkan
apabila pemimpin kehilangan mimpinya, berati tandanya ia tak pernah tidur, dan melek memeluk dengkul
seperti sang sangkuriang galau dibuat cinta bertubi-tubi.

dalamnya perangkai sepi
memikir generasi pemimpin
bukan tentang pemilihan presiden
tetapi tentang saya yang akan bersedia jadi manten _ mati-matian mencintai anaknya bapak.

maukah anaknya bapak menjadikan saya sebagai Imam Shalatnya, pemimpin anak-anak kita nanti 🙏Matur Thanks Mas Bro
Ini cuma surat cinta untuk mimpi saya
Ya, mimpi saya tentang generasi cucu _ cece _ cicit bapak.

Karya : Phasi Padamaley
” perangkai sepi ”
Jakarta, 2 Agustus 2018

Gumam dendam :

Aku ingin tariak melepas dendam hati
Yang terus berkembara dalam dada malam, mengecup nurani untuk melawan
Tiada laku aku harus hela nafas berlulangkali meredamnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sastra

Kelu Kaku Dingin Gelap pohon kuning keemasan menyorot…