Presiden Joko Widodo kedatangan tamu Presiden Komite Olimpiade Internasional atau IOC Thomas Bach dan Presiden Komite Olimpiade Asia atau OCA Syeikh Ahmad Al-Fahad Al-Sabah di Istana Bogor, 1 September 2018.
Jokowi didampingi oleh Ketua INASGOC Erick Thohir dan sejumlah menteri.
Pelaksanan Asian Games 2018 sudah terbukti sukses, baik secara penyelenggaraan, prestasi, maupun penyediaan arena pertandingan dan perlombaan. Di bawah kendali dan kepemimpinan Erick. Nodanya setitik belaka, urusan tiket. Tapi ini noda setitik yang tidak akan merusak susu sebelanga. Mengapa? Karena susu prestasi dan suksesnya luar biasa banyaknya. Belanganya besar luar biasa.
Bertemu Presiden IOC, Jokowi tak mau berdiam diri menunggu terlalu lama. Indonesia akan segera mengajukan diri untuk jadi tuan rumah Olimpiade 2032. Jokowi optimis di tahun itu Indonesia masih eksis, tidak bubar seperti pikiran segelintir orang. Jokowi optimis Indonesia di tahun itu, justru makin berkibar.
Buat apa mengajukan diri jadi tuan rumah Olimpiade? Supaya bangsa ini punya mimpi bersama yang terukur dan terencana. Tahun 2032, Jokowi tentu sudah tidak jadi presiden. Tapi dengan mengajukan diri menjadi tuan rumah, ia sedang menyiapkan ruang-ruang bagi anak-anak muda Indonesia untuk berkiprah, tidak hanya di pentas nasional, tapi juga di kancah internasional.
Mengapa bukan 2024 saja? Lha wong Olimpiade 2020 yang belum dilaksanakan saja tuan rumah untuk 2024 dan 2028 sudah ditentukan kok. Masing-masing adalah Paris dan Los Angeles.
Empat belas tahun lagi dari hari ini, jika langkah Jokowi mengajukan Indonesia menjadi tuan rumah berhasil, Ketua Pelaksana Olimpiade akan dijabat oleh anak-anak muda yang sekarang baru berumur 20-30 tahun. Mungkin juga masih belasan tahun. Relawan atau volunteersnya, sudah pasti akan dipenuhi oleh anak-anak yang sekarang baru duduk di bangku TK atau SD. Anak kita, atau mungkin malah cucu kita. Jan Ethes? Bisa saja!