” boleh saja saya mati di matamu, dan di injak-injak kaki angkuh yang bersepatu persis para penjajah purbakala “.
Kata-kataku berlapang dada menerima adamu, mata-mataku hanyalah bidikan kamera belaka. Jangan tuan dan nyonya risau adanya kebenaran di dalamnya.
Sementara saya dibawa kakimu
menjadi taplas sepatu angkuh tuan, injak terus agar lekas ragaku habis ditiup angin berbau debu kematian.