Kehidupan terbentang seperti padang pengembaraan
dan kita adalah peziarah yang lelah, rentah
yang setia berjalan melintasi hari
kibarkan bendera hidup panji-panji
memetik bunga-bunga musim penuh warna
dalam tawa dan air mata
karena kita sepakat bahwa hidup itu indah
ya, memang hidup itu indah
seindah wajahmu
seindah suara tawa kita
seindah suara tangis kita
seindah bunga-bunga pancaroba
bersemi di ujung musim penantian,
itulah sebabnya kita masih terus berjalan
dalam tarian tiga ratus enam puluh lima burung gagak lapar di bawah matahari
serta cumbuan liar dua belas ekor kelelawar bisu di bawah cahaya bulan
adalah ekspresi hidup yang tak bisa kita sangkali
hingga kita pun hanyut terpaut dalam lupa kenikmatan waktu
bahwa waktu menunjukkan suatu ketidakabadian
waktu adalah pembunuh paling kejam dan rahasia
yang mengambang di ambang padang
memegang pedangnya seperti seorang kesatria perkasa
mengikis tipis napas setiap yang lewat tak terasa,
maka kesadaran adalah udara
menyusup masuk memenuhi hati setiap peziarah
takluk bertekuk dalam sujud pasrah perenungan
memahami warna-warni musim hanyalah hiasan perjalanan.
saat itu aku melihat matahari bergerak begitu cepat menepi
malam pun turun selimuti bumi
lonceng gereja berbunyi di puncak sunyi
menjadikan malam paling khidmat dan damai
dalam senandung kidung dan doa-doa berserah
kata mengalir seperti pijar bunga-bunga cahaya.
ebenhaezer; sampai di sini Tuhan menuntun kita.
Kuanino, 31 Desember 2016
ZAMAN BARU KEHIDUPAN BARU
pada abad-abad kelam
di masa yang silam
sejarah yang berjalan
tiba-tiba terhenti
ketika tiga orang Persia itu
sujud di bawah cahaya bintang
yang terbit di langit Betlehem.
“hari ini telah lahir bagimu juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud
seketika bumi bergetar
saat tangisan pertama sang bayi
membuka pintu peradaban zaman baru penuh cahaya.
dan sejarah kembali melangkahkan kaki
untuk pertama kali
di bumi yang terberkati.
langit bersuka menyaksikan bumi
bersaksi atas kemuliaan surga
dalam pesta suci
di senyap malam penuh cahaya.
Amengrul, 25 Desember 2018
PETANI ADALAH LUMBUNG ILMU
di terjal lereng-lereng menjulang
di kubangan lembah-lembah menguning
bakul di belakang pantun berkumandang
kaki-kaki telanjang lincah melangkah
tangan-tangan sederhana terampil menuai
menjadi pesta kecil petani pegunungan
yang masih bertahan di antara desa dan kota.
o kesejukkan alam pegunungan
tempat yang tenang untuk berkarya,
di sini tak ada kasak-kusuk hasutan kemewahan
di sini tak tumbuh ambisi-ambisi tinggi
kecuali gonggongan anjing-anjing pemburu di pinggir-pinggir kali
serta kicauan burung-burung hutan di ranting-ranting rimba
bercumbu bersama canda ria petani pegunungan
yang berbaris di hamparan jelmaan kata-kata
padi dan jagung
bulir-bulir kebahagiaan
kerja nyata tangan-tangan sederhana.