Sajak 17 April 2019
Kesaksian Pada 17 April 2019
hei penyair, apa yang kau lakukan
hei penyair, apa yang kau tuliskan
apa yang bisa kau syairkan pada 17 april
untuk pemilahan presiden tahun ini
hei penyair, jangan bingung saja dalam sajak-sajak biasamu
aku tidak sedang diam
aku tidak sedang menulis juga
aku tidak sedang lakukan apa-apa
untuk apa aku bingung dan ketakutan
hei kau, aku sedang baik-baik
jangan kau katain aku di bibir polosmu
jangan kau kuatirkan aku
Memang kepenyairanku tiada apa-apanya
Namun dengan lugas
Aku syairkan sebait puisi untuk si penculik
bahwa sesungguhnya, si maling nasibnya
malang, ia sudah ditetapkan azab jahanam,
hei kau yang tak sempat ku sebut nama
diam kau dalam alam semesta
dan bertafakur atas stigma penculikan penyair wiji tuhkul, kau bakal berair mata darah.. Sebab maling adalah nikung
meraih kebiasaannya, bukan kejayaannya
di Pilpres 17 April 2019
Karya : Phasi Padamaley
Jakarta, 30 Januari 2019
Masih ingatkah kau anakku
Sebesar apapun posisimu
Sekaya apapun harta bendamu
Setinggi apapun jabatan dan pangkat
yang kau sandang
Kau pernah hidup di dalam rahim Ibu
Besarmu dalam gendongan hangatnya
Kau pernah menangis juga
di pangkuannya lalu kencing dan berak
Tidakkah kau ingat sedetik pun
Ketika kau kecil
Kau menangis dan mengadu kepada Ibumu
Ibu mengusap lembut kepalamu
Sambil ia mencium keningmu
Memeluk erat tubuh kecilmu
Hingga kau merasa nyaman
Seraya kau tenang
dalam anyaman jemari ibu
Hingga kau terlelap begitu pulas dipangkuan cinta dan kasih
yang dahulunya beralas kain kebaya
kusut dibias bening penglihatan matamu
Anakku, kini ibumu masih pakai kain itu
yang dahulunya membalut segalamu
Ibu masih simpan dalam-dalam cinta
Dan kasih.
Karya : Phasi Padamaley
Malang, 25 Januari 2017
PUISI DOA
Wahai aku yang sering lalai
Kembalilah dalam ketataan sejatimu,
kenalilah dirimu pada Ilahi.
Hendak dirimu bertaubat,
sebab taubat adalah obat-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf
Berdoalah dengan penuh kesungguhan hati,
yakin akan jiwamu dalam kasih-Nya Allah,
dan bersabarlah menanti Ridho-Nya
Wahai jiwaku,
Bersabarlah menghadapi badai cobaan ini
Bersabarlah menanti kasih-Nya
Sebab cintamu akan digenapi
dengan kasih-Nya Allah yang begitu sempurna
dirasakan dan nyatakan.
Karya : Phasi Padamaley
Jakarta, 11 Januari 2019
Cintaku; Ia yatim dan piatu
Airmataku sudah mendiri
ia mengalir bukan atas kendaliku lagi Suaraku sudah mendiri,
ia bergumam bukan atas kendaliku lagi
bahkan serupa pisau
yang dimainkan orang sakti
Ahli bersilat sekalipun menyulut mantra
Menebas kekebalan jiwaku dan hati
aku rapuh, ragaku sebatang piatu
Aku lemah, jiwaku terbaring lunglai
aku sudah mendiri, diiringi airmata; dipipi
Aku sudah mendiri, diiringi gumam suara
yang bukan atas kendaliku lagi