SENJA DULU KALAH
senja dulu kalah
aku masih simpan segalanya rasa
dalam-dalam dada ada rindu
dalam-dalam aku adamu yang biasa ada
dalam-dalam rasa ada bayangmu
dalam-dalam kecemasanku adamu
yang biasanya aku katakan cinta dan rindu
aku tanya
senja dulu kala pun pergi
membentuk gelisah yang tak biasanya
aku diam sehening maling bersembunyi
tanyaku sekedar kabarmu
dengan sapaan lembut
hati penuh kecemasan yang amat hebat
namun jawabmu, “aku baik-baik
aku tunduk memeluk laku
selaku rumput layu tersapu bayu
tangiskul sangsikan gemuruh suara
cuaca seakan buruk memanggil gerimis
suasa senja dulu kala tak lagi indah
bagimana aku bisa menulis lagi
untukmu puisi paling romantis
sedangkan hati ini pedih
tercabik-cabik egois diantara kita
jangan pergi dulu
sebelum kulihat senyummu di balik cadar
yang pernah kau pakai
di waktu perjumpaan kita
Karya : Phasi Padamaley
” perangkai sepi ”
Jakarta, 2 September 2018
Do’a Seribu Makna
Terus kudendang doa seribu makna
Mencari sajak-sajak di beranda malam
Malam pun kini terbagi
Kuambil sebagian di sepertiga akhirnya
Dalam sujud penuh berharap kekhusukan
Semoga berkah pinta seorang insan
yang penuh kekhilafan
Melenting doa seribu makna
Diiringi gemuruh lisan dalam heninganya
Jari-jariku menari bersamaan untaian tasbih satu persatu untuk mencari
jawaban dari kegelisahan hati
Melarai jiwa yang tiba tiba terasa berpulang
Di atas sajadah usang
Tercurah rindu
Yang menerpa buai air mata
Hati meraung tak berdaya
Kini telapak tangan mengadah duka lara
Mencoba tumpuhkan segalanya
Berselimut pasrah pada yang Maha kuasa
Karya : Phasi Padamaley
Malang, 1 Desember 2016
Penjajah Hukum
” Negeri kertas
” di atas materai coretan tinta
hanya basa-basi penamaan hukum
” meja-meja prosedur lebih bengis dari ranjang PSK
” Jakarta; Ibu kota, diperkosa habis-habisan oleh penjabat-pejabat jakarta
yang lebih bengis dari penjahat kelamin
” …
Karya : Phasi Padamaley
Jkt, 17 Des 2018
[6/2 18:14] PADAMALEY: Sakitku Tak Butuh Obat
di mataku berulangkali kau bubuhi luka
Secuil dari cerita sakit hatiku
sudah cukup memberi arti
Yang kesekian kalinya mencintai
Di suatu malam yang butah
dengan sepasang mata
yang masih lembab, aku berkaca-kaca
perlahan bernapas menghapus air mata
sambil melihat kepergianmu
pada kepergianmu
aku masih menganggapmu ada
Pergilah, sakitku tak butuh obat,
bahkan sakitku tak butuh kau jenguk
Pergilah
Aku akan berusaha menjadi pikun
Agar benar-benar jadi pelupa
aku bukan kampung halamanmu
Pergilah kau
Aku bukan desa ataupun kota persinggahanmu
Karya : Phasi Padamaley
Jakarta, 17 Desember 2018
Kami Punya Setia 2
Selepas istriku pergi jadi TKW
kisah kami pun begitu pilu
Kerena hanya kemiskinan
cinta kami terpisah
anak-anak kami pun terlantar
setidaknya kami tahu
cinta tak pernah mengenyang isi perut
namum paling tidak,
cinta mencegah kami dari pertikaian.
cinta mencegah kami dari kemarahan.
cinta mencegah kami dari kecumburan.
Hanya dengan cinta kami bertahan hidup
hanya saja,
cintaku dan cintanya
tak pernah mengenyang isi perut,
namun setidaknya kami punya setia
untuk silang melengkapi walau waktu
dan jarak jadi dinding pembatasnya
Karya : Phasi Padamaley
Jakarta, 28 November 2018
Senyummu
sekuntum dari senyummu
cukup mengisyaratkanku, bahwa kau tak lagi baik-baik gambarkan kepedihannya dipipi ranummu itu.. Ataukah aku salah menduga.
Karya : Phasi Padamaley
Jkrt, Des 30 2018
[6/2 18:17] PADAMALEY: Di Malam Itu
senyummu di malam itu
membuka kegelapannya
yang mengendap di bola mata ini,
sambil kau mendekap tubuhku semesrah dahalu.
Lampu-lampu kota bisa saja sekejap mati
Karna hari yang hampir pagi,
namun kau masih mencari jemariku
dan berdiam diri menunggu sabda cintaku
ah cintaku.. Ayoolah bersama aku, kita menggamitkan sebuah lagu klasik
sambil menari dalam dentang riang
meriakan kecupan-kecupan mesrah kita
Ayooolah cintaku, hari hampir pagi
mari kita menari diiringi nyanyian
lagu klasik semesrah dahulu…
Dan sebisa mungkin disisa usia kita
Karya : Phasi Padamaley
Jogja, 18 Agustus 2018