“PRASANGKA”
Samudera tak mampu menebak kedalaman palungnya.
Lantas imajinasi membisik riuh gemuruh lantunan.
Nada-nada piano menukik ke pelipis bibir gelombang.
Dinuranimu tak perlu engkau menebak dasar sanubari hati itu.
Melepaskan picik keegoisan lantaran, pelataran pelipur tak lara di hulu ginjal mengganjal.
Bisik rayu mulai tersentak debgan angkuhnya fajar merah dua dilema.
Akankah kau pahami…?.
Lajur jalur tak terarah, berujung buntu di tepi tebing terjal nan mempesona.
Tak berharap kau yang kini, atau kau yang nanti, atau pula kau yang akan datang.
Menari-narilah sang angin, lantas alunanmu meratap angkuh.
Membeku namun tak cair baigai imbalan makna menerka menyublinnya angan-angan.
Prasangka tak bertuah, tak bermakna imajinasi di siang bolong.
Letik dawai keruh di dahi bimbang tak berpulau.
Tenanglah di telaga merah merona, merekah semerbak di bait-bait angan.
Sangkalmu, sangka bayang-bang semu tertelan debu malam.
Watodola, 14/02/2019
Karya : Gabriel Romelus Ladang