“Sajak Perindu Ditepian Mata”
Sudah ku rindui, aduhai mata damar di ujung cahaya.
Cahaya ku rangkul berlalu dalam terangnya kalbu.
Binar-binar mantra sahaja ke pelabuhan rindu.
Rinduku mengalir perlahan sampai dirasuki jimat raga.
Kiniku daki bukit salju, salju peradaban negeri lain.
Bila esok engkau rindu, dilupakan jangan diperaduan.
Kata-kata bijakku bersajak, sajakku santun tak suntuk.
Bermerah-merahan rupa jasmaniah namun tak berjas sahaja, aku lupa berucap kata maaf.
Sajak perindu ditepian mata, mata bening sebening mata air surgawi.
Kini dawai pandawa meratap permadani, sarungkan cinta mata dewa ke pundak panglima.
Bangsawan erat urat dermawan tak berjiwa rapuh.
Kala kau ingat pada ku, nyanyikanlah nyanyian rajawali menerjang cakrawala.
Gundah hati ku, mencekik riuh hati mu terpatri sebilah lamunan.
Sajak bernyawa, sajak-sajak kerinduan.
Sejak ku kenali dijiwa terukir nama abadi.
Untuk mu pejuang cinta.
Lianglolong, 23/02/2019
Karya : Gabriel Romelus Ladang