Mahensa Express.Com- Papua, Charles Toto dari komunitas “Papua Jungle Chef, dalam laman email Charles Toto mengatakan dia memulai petisi ini kepada Gubernur Papua Barat dan 2 penerima lainnya
Carles Tato mengatakan “Ibu dari kita orang Papua bernama sagu. Ia ibu kami karena selama ini setia memberikan sandang, pangan, dan papan untuk kami semua di ranah Papua.
Dari daun sagu, kita orang bisa membuat pakaian dan noken yang indah. Dari kulit kayu pohon sagu, kita orang bisa membuat rumah yang kuat. Dan dari pati sagu, kita orang bisa membuat makanan bergizi yang mengandung karbohidrat dan protein tinggi untuk dihidangkan di meja makan. Bahkan akar sagu dapat memberikan sumber air untuk kehidupan kami orang Papua.
Tapi itu semua tidak akan bertahan lama jika banyak hutan sagu dibabat untuk perumahan dan perkebunan sawit. Atau digeser oleh program pemerintah seperti raskin (beras untuk orang miskin) yang membuat kita orang Papua melupakan manfaat dan identitas sagu.
Pembabatan hutan sagu yang paling parah terjadi di Merauke dan Jaya Pura. Keduanya menyebabkan bencana yang memakan korban jiwa. Pertama, terjadinya kelaparan di Asmat Merauke. Bayangkan, kelaparan di tengah lahan sagu. Karena masyarakat sudah tergantung dengan raskin,”ucapnya.
Kedua, terjadinya bencana banjir di Sentani Jayapura. Akibat dari diubahnya hutan sagu untuk perumahan dan jalan aspal, air hujan dari Gunung Cyclop langsung turun ke danau dan air pun meluap menjadi banjir.
Hari ini pun saudara saya di Tambrauw, Papua Barat juga sedang berduka. Hutan sagu mereka yang indah dan megah telah banyak dibabat habis hanya untuk perkebunan jagung (dan juga diduga akan menjadi perkebunan sawit) sebuah perusahaan besar.