Mahensa Express.Com –
Kupang, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP Undana Kupang melaksanakan Pentas Seni dan Budaya se-FKIP dengan 3 jenis lomba yaitu lomba paduan suara, lomba vokal grup dan juga lomba tarian kreasi.
Kegiatan yang diikuti 31 tim tersebut digelar di Aula Rektorat Lama Undana pada Rabu, 9 Oktober 2019.
Selain melaksanakan perlombaan, hal menarik lainnya yang dihadirkan dalam kegiatan akbar tahun tersebut adalah pameran kain tenun adat dari semua daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Rumah Adat Lopo dari Pulau Timor.
Tidak hanya menampilkan kekayaan budaya NTT, pada gelaran kegiatan seni yang mempertemukan seluruh mahasiswa FKIP dari semua tingkatan tersebut juga menghadirkan miniatur karya mahasiswa FKIP dan juga live sketsa oleh dua orang mahasiswa FKIP Undana.
Ketua BEM FKIP Undana, Yeter Tety kepada media ini mengatakan bahwa tujuan dihadirkannya Lopo sebagai salah satu rumah adat khas Pulau Timor sebagai salah satu bentuk kepedulian mahasiswa terhadap kebudayaan di NTT yang mana akhir-akhir tergerus oleh arus globalisasi.
“Dengan menghadirkan Lopo pada kegiatan ini, mahasiswa bisa mengetahui jenis-jenis rumah adat di NTT khususnya di Timor”, ujar mahasiswa mantan Ketua HMJ MIPA tahun 2018 itu.
Dirinya menjelaskan bahwa Lopo memiliki banyak sekali fungsi namun saat ini tidak ditemukan lagi di Pulau Timor, kecuali di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). “Fungsi Lopo sebagai tempat beristirahat bagi tamu yang berkunjung, sebelum masuk ke rumah utama masyarakat asli Timor,” jelas Yeter.
Selain itu, fungsi lain dari Lopo sebagai tempat berkumpul para tua-tua adat untuk membicarakan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. “Lopo sebagai tempat perkumpulan dalam bermusyawarah dan bermufakat bagi penduduk asli Timor,” ungkap mahasiswa Pendidikan Fisika itu.
Mengingat kehadiran Lopo bagi masyarakat Timor yang sangat bermanfaat, Yeter berharap bahwa dengan menghadirkan Lopo pada kegiatan tersebut dapat memberi stimulan bagi generasi milenial sesuai tema kegiatan ‘Generasi Milenial Cinta Budaya’.
“Walaupun Lopo yang kita buat hanya seadanya saja dan tidak sebagus Lopo yang asli, namun kita berharap mahasiswa FKIP bisa memaknai pentingnya rumah-rumah adat bagi masyarakat dan mahasiswa hadir sebagai pelopor dalam melestarikan kekayaan budaya yang sudah diwariskan secara turun temurun,” ujar Yeter penuh harap.