Oleh : Birgaldo Sinaga
Senin malam, 30 September 2019, menjadi malam yang paling tidak bisa dilupakan Ninoy Karundeng seumur hidupnya. Malam yang paling menakutkan baginya. Relawan Jokowi ini tidak menyangka hidupnya berada di ujung tanduk.
Maksud hati ingin meliput aksi demonstrasi, tapi apa daya malah nasibnya diseret dan dipukuli selama hampir 12 jam.
Bahkan hampir dibunuh andai ambulans yang dipesan untuk mengangkut mayatnya datang tepat waktu.
Siapakah mereka yang mau membunuh Ninoy?
Dua hari lalu, saat bertemu dengan Ninoy, saya mendengar pengakuan Ninoy. Ninoy tidak tahu siapa mereka. Siapa nama kelompok mereka. Tapi Ninoy masih mengenali banyak di antara mereka. Ada puluhan orang di Mesjid Al Falah Pejompongan itu malam dan subuh naas itu.
“Ini kali ke tiga saya meliput aksi demo Bang. Sebelumnya juga meliput pada aksi demo 23 dan 24 lalu”, ujar Ninoy.
30 September 2018, sekitar pukul 20.00 WIB, Ninoy memutar motor scoopy metik miliknya dari arah BNI Pejompongan. Jalan dekat BNI Pejompongan sudah ditutup. Aparat mengarahkan pengendara berbalik ke arah Benhil.
Ninoy memutar arah. Saat memutar mata Ninoy melihat banyak demonstran terkena gas air mata. Demonstran ini sebagian dipapah. Mereka dibawa ke dalam gang. Di dalam gang ada sebuah mesjid. Mesjid Al Falah namanya.
Naluri jurnalis Ninoy muncul.
“Saya harus masuk ke dalam melihat apa yang terjadi”, bisik Ninoy dalam hati.
Ninoy memarkirkan scoopy putihnya di pertigaan jalan dekat Mesjid Al Falah. Persisnya di seberang jalan warung Taichan.
Lalu Ninoy mengikuti para korban gas air mata itu masuk ke dalam gang. Hanya sepelemparan batu saja jaraknya.
Tiba di depan Mesjid, Ninoy mengambil beberapa gambar.
Cekrekk..cekrek..cekrekk.
“Woii ngapain kamu motret2. Darimana kamu? Siapa kamu?”, teriak seseorang dari kerumunan.
Ninoy tergagap. Ia menjawab spontan.
“Saya dari Tangerang. Banten”, jawab Ninoy.
Ninoy dipepet. Ia dikepung banyak orang. Ninoy tidak bisa berkutik. Hapenya dirampas. Tasnya dibuka. Ada laptop.
“Woii..kamu intel ya. Kamu polisi. Penyusup”, teriak salah seorang dari mereka.
Tetiba..
Bukkk..plakkk..bukkk…plakkk…bukkk…
Bertubi-tubi pukulan mendarat di wajah dan kepala Ninoy. Ninoy dihajar beramai-ramai. Lalu ditarik masuk ke dalam mesjid.
Sudah cukup?
Belum.
Di dalam mesjid Ninoy diinterogasi. Interogasi yang dibarengi pukulan. Ancaman. Teror.
Seorang pria berpakaian medis menginterogasi Ninoy. Semua data di hape dan laptop diperiksa. Ada 3 hape dibawa Ninoy. Ketiga hape itu disimpan dalam tas kecil jinjing. Laptop disimpan dalam tas punggung hitam. Satu hape hilang saat Ninoy diseret beramai2 ke dalam mesjid.
Ninoy serba salah. Ia tidak bisa mengelak. Pukulan bertubi-tubi terus mendarat di muka dan kepalanya. Ia terus dipaksa mengaku siapa yang mengirimnya.
KTP Ninoy diperiksa. Agama Ninoy dipertanyakan. Ninoy diuji mengucapkan dua kalimat syahadat.
Ninoy bersikukuh independen. Ninoy bertahan dengan pengakuan itu. Tapi orang ramai itu tidak percaya. Mereka membuka laptop Ninoy.
Dan mereka semakin marah. Tulisan Ninoy dalam laptop membuat mereka semakin beringas. Ninoy dituduh menyerang kehormatan tokoh2 yang dekat dengan mereka.
Tanpa ampun Ninoy dihajar lagi. Terus menerus. Ditempeleng. Dipukul. Berkali-kali. Bibir Ninoy berdarah. Pelupuk mata Ninoy memar membengkak.
Ninoy tetap bertahan. Ninoy mengaku hanya seorang relawan Jokowi yang bekerja di Jokowi App untuk kampanye saja. Tugasnya sudah berakhir April lalu.
Mereka memeriksa pengakuan Ninoy. Ditemukan kartu tanda pengenal pers Jokowi App. Mereka semakin mengamuk. Pukulan mendarat lagi di wajah Ninoy.
Ada beberapa orang dari mereka kasihan melihat Ninoy. Darah mengucur deras dari bibir Ninoy. Mereka memberi obat agar pendarahan berhenti. Ninoy juga diberi roti dan air minum.
Malam semakin larut. Ninoy mengiba agar dipulangkan.
“Saya memohon berkali-kali agar dibebaskan tapi mereka tidak mau Bang”, ujar Ninoy
Permintaan Ninoy tidak digubris. Orang-orang semakin ramai berdatangan.
Informasi penyusup masuk Mesjid Al Falah menyebar di kompleks mesjid.
Tak pelak orang-orang yang baru datang itu juga menghajar Ninoy. Mengumpat Ninoy. Mencaci maki Ninoy.
Subuh dini hari, sekitar pukul 03.00 WIB, seseorang yang dipanggil habib datang. Ia langsung menginterogasi Ninoy. Juga memukuli Ninoy. Berkali-kali. Hingga Ninoy terhunyung-hunyung. Ninoy terus ditekan.