Mahensa Express -Jakarta, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan mundur dari konfrontasi militer dengan Iran dalam pidatonya di Gedung Putih pada Rabu (8/1) lalu. Pernyataan itu disampaikan setelah Iran menyerang dua pangkalan militer AS di Irak dengan roket, pasca-serangan pesawat nirawak yang menewaskan salah satu jenderalnya, Qasem Soleimani.
https://youtu.be/RGFR2_S77MA
Merilis dari CNN Indonesia, Trump menuturkan AS memang memiliki kekuatan militer terbaik, tetapi bukan berarti akan digunakan untuk menyerang balik Iran.
Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Pelita Harapan (UPH), Profesor Aleksius Jemadu, memperkirakan ada tiga alasan mengapa Trump tiba-tiba bersikap seperti itu.
Pertama, Aleksius mengatakan AS kemungkinan melihat bahwa militer Iran bukan lawan setimpal dan ancaman.
“Setelah melihat akurasi militer Iran yang tidak begitu tepat ketika menyerang pangkalan AS di Irak, membuat Trump mungkin berpikir tidak ada gunanya menggunakan kekuatan militer untuk menghadapi Iran. Karena kita tidak melihat banyak korban yang jatuh atau pun kerugian yang luar biasa disebabkan oleh serangan itu,” kata Aleksius kepada CNNIndonesia.com pada Jumat (10/1).
Lima hari setelah serangan drone AS menewaskan Soleimani, Iran meluncurkan belasan rudal ke pangkalan AS di Irak pada Rabu lalu. Dua roket Iran juga menghantam kedubes AS di Baghdad sehari setelahnya.
Meski begitu, tidak ada korban atau kerusakan berarti yang dilaporkan terjadi akibat serangan-serangan itu.
Aleksius memaparkan AS menimbang bahwa kekuatan militer dalam menghadapi Iran hanya akan membuat kawasan Timur Tengah semakin rapuh. Di sisi lain, AS selama ini berupaya mati-matian untuk menjaga kawasan kaya minyak dan sekutunya itu agar bisa stabil.