Mesak Blegur,S.IP dan Darma Ariawan.
Mahensa Express.Com-Kalabahi. Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Alor, Mesak Blegur,S.IP kepada wartawan di Kantor WWF Indonesia Cabang Alor Pada Selasa (26/09) mengatakan dugong di Pulau Sika Kabupaten Alor sangat jinak dan bersahabat dengan manusia.
Dugong di Alor pada Tahun 1980 sangat banyak tetapi karena kegiatan perburuan liar untuk mengambil tulang dan daging dugong sehingga sudah berkurang bahkan nyaris punah,”Ujarnya.
Menurut, Mesak Blegur dugong di Alor saat ini hanya ada di Pulau Sika sementara di Pulau Pantar yaitu di Pandai pada Bulan November 2016 ada satu ekor masuk dalam jaring nelayan dan mati. Tim sudah melakukan penelitian di sekitar lokasi dugong yang mati tetapi tim hanya menemukan lokasi tempat makan dan tempat isterahat dugong tetapi belum menemukan dugong di Lamalu Pulau Pantar.
Hampir di semua tempat orang tidak pernah melihat dugong terapi di Pulau Sika sangat unik karena bisa di lihat sementara di tempat lain ada tetapi tidak jinak karena sangat sensitiiv … karena jinak dan dapat berinteraksi dengan manusia sehingga dikhwatirkan apabila terlalu banyak orang pergi dan berenang disanan dapat mengakibatkan dugong stress dan pola makannya akan terganggu.
Dijelaskan oleh,Blegur bahwa dugong dapat berkembang biak dengan cara beranak tetapi sangat lama yaitu 10 tahun sekali dengan jumlah satu ekor. Dugong di Alor sudah diambang punah sebab hanya satu ekor. Berdasarkan penelitian di Pandai juga ada tetapi tim baru sebatas menemukan tempat makan dan goa tempat istrhat dugong. Lanjutny karena dugong di Alor tinggal satu sehingga ditakutkan banyak wisatawan yang datang berenang mengejar dugong dan Poto Selfi dengan dugong. Dugong membutuhkan banyak waktu untuk beranak dan beristirahat. Untuk itu maka pemerintah kabupaten,provinsi dan pusat berencana mengeluarkan regulasi untuk melindungi dugong yang ada di pulau Sika,”Ujarnya.
Darma Ariawan, Koordinator Konservasi Perairan Alor dan Flores Timur pada kesempatan tersebut mengatakan Tahun 2006 WWF Indonesia Lesser Sunda Program, mulai mendukung kebijakan pemerintah kabupaten dan provinsi Nusa Tenggara Timur untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi perairan. Beberapa wilayah kerja WWF-ID LSS antara lain SAP (Suaka Alam Perairan) Selat Pantar dan perairan laut sekitar Kabupdaten Alor, SAF Flores Timur dan Taman Nasional Komodo.
Menurut, Darma Ariawan kawasan konservasi air merupakan merupakan kawasan yang dikelola dengan sistim Zonasi untuk menjaga keseimbangan antara pemanfaatan kawasan dengan perlindungan sumber daya laut yang ada di wilayah tersebut dengan tujuan untuk kesejahteraan masyarakat yang ada di kawasan maupun luar kawasan berdasarkan Permen KP No.47 Tahun 2016.
Dijelaskan kawasan konservasi kawasan perairan daerah Suaka alam perairan selat Pantar Kabupaten Alor telah ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada tanggal 16 Juni 2015 melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.35 Tahun 2015 dengan luas kawasan 276.693,38 hektar,”Paparnya.