Dia bernama Kevin, awal mula berjumpa dengannya di sebuah acara kampus di kota Makassar tepatnya dipantai Losari, dia orang yang cukup baik dan humoris, hingga tak heran dalam waktu singkat kami bisa berteman akrab, semua sahabatku mengira kami pacaran dan mereka sangat mendukung. Aku hanya tersenyum geli melihat teman-teman ku menjahili dia, sempat terfikir olehku apa benar yang mereka katakana???
Tapi aku mencoba untuk menepisnya meski dalam hatiku berbunga penuh harapan, aku berusa untuk tidak memikirkan hal itu, karena aku pernah bertekad untuk tidak pacaran sampai aku selesai kuliah dan aku berusaha menjaga itu, agar kelak kembali kenegeri Nusa Kenari dapat membuat keluargaku bahagia.
Waktu terus berjalan, akupun tak mengerti kapan rasa itu datang dan bersarang di hati ini, berawal saat kami berkunjung ke kos-kosan Fiki sahabatku, saat itu Fiki mengajak ku keluar untuk membeli cemilan, kami bercerita banyak hal, sampai Fiki menyinggung kisa tentang Kevin dan pacarnya, mataku melotot hatiku terpaku sejenak, tapi dengan pura-pura kusembunyikan rasa yang meyayat itu, aku kembali bertanya tentang kisa itu seolah-olah aku tau kalau Fiki sudah memiliki pacar, baru aku tersadar betapa hatiku hancur berkeping-keping mandengarkan cerita Fiki itu.
Sepulang dari Rumah kontarakan Fiki, aku lebih banyak melamun tentang perasaan ini, dia marah karena aku terlalu lama pergi bersama Fiki, tapi bukan itu yang ku pikirkan saat itu melaikan memikirkan diriku, ada apa denganku, aku hanya temannya tak lebih dari itu, mengapa aku cemburu dan sakit hati kalau hati dan cintanya Ia berikan pada gadis lain, mengapa tidak terpikirkan olehku kalau orang seganteng Kevin pasti ada yang telah memiliki cintanya, dasar kafae kode/tabur/bunar !!!. (begitula bahasa Alornya) .
Aku tersenyum sendiri dikamar, mencoba untuk bangkit, Namun perasaan itu muncul kembali saat kami pergi mengerjakan sebua tugas kulia di suatu rental, disana dia mencurahkan semua isi hati yang selama ini tersembunyi dan tersimpan rapi dalam museum hatinya), aku terkejut melihatnya serius menggugurkan kata-kata manis nan berbunga di hadapanku, belum pernah aku melihat dia seromatis itu, tarnyata dibalik keceriaannya selama ini tersimpan luka yang sangat dalam, aku terharu ketika dia mengatakan percaya padaku, aku sangat sayang padanya tapi aku sadar tak mungkin memilikinya.
Setelah kejadian itu dia lebih terbuka padaku tentang pacarnya yang selama ini dia tutupi, aku semakin mengerti bagaimana dirinya, kerap kali dia mengatakan satu hal yang membangkitkan kembali perasaan ku, bahwa dia tak ingin melepaskanku karena aku telah menjadi sebagain dari dirinya, aku bingung, tapi aku juga tak punya nyali untuk bertanya kepadanya bagaimana perasaan dia terhadapku.
Sampai pada puncaknya ia mengungkapkan rasa cinta padaku aku tak kuat membendung perasaanku sendiri, akupun menyambut rasa itu. Dan diapun berjanji untuk menjadikan aku sebagai sahabat sejati mengarungi samudera cinta untuk selamanya.
Rasa memiliki sudah bersemi dalam hati, rasa sayang dan cinta menjadikan kami tinggal serumah, hingga sesorang anak perempuan hadir dari hasil buah cinta kami, begitu bahagianya kami saling mencintai .
Enam tahun telah berlalu, Izajah sarjana telah kami raih berawal dari cinta mewujudkan cita-cita. Detik demi detik waktu terus berputar, sikap suamiku semakin aneh Ia jadi Suami yang perhatiannya berlebihan berbeda dengan enam tahun yang lalu, sering marah tak tau menentu apa pokok masalah sebenarnya, cemburunya sangat berlebihan, sering Ia salah dalam bicara,sering mimpi dengan mengucapkan kalimat-kalimat aneh, Hanphone miliknya seakan menggantikan jantungnya kemana pun ia bawah, Dia suamikupun sering melamun,tertawa,senyum dan murung…entah apa yang sedang ia pikirkan.??? Iapun sering pulang telat pada jam kantor dengan berbagai macam alasan Miting.
Anehnya wahai sahabat pembaca banyak ku temukan nama pemanggil telephon bertuliskan Bapak Sukirin sahabat kantornya yang ku kenal, namun suara yang kudengar adalah suara seorang wanita yang memanggil dengan kata sapaan papa sayang…..hatiku hancur bagai serpihan kaca…. ingin rasanya ku balikkan waktu bujangku.
Serpihan hati yang tersisa ini masihka memiliki tempat bagi cinta yang sejati dihatinya, dalam ruang remang-remang kumencoba bangkit dalam kerapuhanku, Namun, apakah masih pantas hati ini ditempati pribadi biadap sekejam Kevin.
Hingga tepat pada tanggal 10 Juni ku mencoba untuk menelusuri rasa penasaranku, kupergoki suamiku sedang bersama mantan pacarnya sedang berpelukan mesra dipantai Kadelang. Dalam benakku SEDANG MITINGKAH MEREKA?????? perang mulutpun meletus sore itu, dengan penuh marah dan malu Ia pun menusuk paha kananku dengan sebila kunci motor, akupun terkapar berlumur darah segar membasahi tubuh lalu iapun berlalu pergi seakan ia tak mengenalku. Dalam benakku sekejam inikah orang yang kuistimewakan dalam hidupku.
Hanya tinggal sisa dan puing yang tak berarti, Kuterpuruk dalam keputusasaan…Cinta ini telah rapuh di atas lubang gelap. Menunggu saatnya jatuh dan hancur saja. Pabila kukan terbungkam dan terdiam…Ku iklaskan Pengadilan cinta menjawab derita ini.
Biarkan ku hidup sendiri membesarkan putri kita, terbangla selagi sayapmu menembus cakrawala, hilang suda kasihmu yang dulu, hilang suda janji manismu dulu, hilang suda kesetiaanmu. Biarkan ku hidup menjadi janda yang bahagia.
Lewalu ,Papajahi,11 juni 2018