TUHAN PUNYA RENCANA
Senin yang cerah, ku buka mata dari tidurku menyambut indahnya pagi, dimana hari yang dinatikan siswa/i SMP Kristen 3 Kalabahi untuk ujian sekolah. Aku mulai menyiapkan segala sesuatu untuk persiapan ujian dengan hati yang gembira. Aku segera mengambil handuk kesayanganku dan menuju kamar mandi. Seteleh selesai mandi aku bersiap-sia untuk ke sekolah dan mengikuti ujian. Samapi di sekolah aku mengikuti ujian dengan baik. ‘’ Yes,, saatnya untuk pulang ‘’ gunamku sambil meraih tas di ats mejaku. Melihat teman-temanku yang sedang asik selfi , meembuatku terasa senang dan ingin untuk selfi bersama mereka.
Jam 08.30 Wita, aku dan teman-teman segera pulang, dalam perjalanan, kami menikmati suasana terik matahari yang menyengat tubuh.’’. Alor e…” kata Anjeli yang tadinya diam. Sesampainya di persimpangan kami berpisah satu sama lain. Tinggal aku seorang diri yang menyelusuri jalan setapak dengan kening yang mengerut seolah-olah mengeluh. sampai di jalan Komodo 2 Aku bertemu dengan kedua orang tua waliku yang sedang berboncengan untuk pergi ke suatu tempat. Akupun menyapa mereka berdua “Ayah dan Ibu mau ke mana? Tapi… sapaan itu tidak di balas oleh mereka, hanya senyuman dan mata yang berbinar-binar. Ada apa? Kenapa begitu? Banyak pertayaan yang muncul dibenak ku, hatiku merasa gelisah dan gunda gulana. Tanpa terasa Aku sudah berada di depan rumah, dan langsung menuju kamarku untuk mengganti pakaian, Aku bertanya pada tante dan kakek “ ibu dan ayah pergi ke mana” jawab mereka” ke kampung” “ untuk apa’’ tanyaku lagi”. Mereka berdua tidak menjawab satu kata pun dari mulut mereka, hati tambah resah tak karuan, Aku mencoba untuk tenang dan membuka daftar lagu di hp kesayanganku untuk memilih lagu yang akan di putar. Aku menuju kamar tidur sambil mendengar simponi lagu yang mengiringi tidurku
Keesokan harinya, seperti biasa, aku menyiapkan apa yang harus dibawa ke sekolah. Sesampainya di sekolah, aku mengikuti ujian di hari kedua dengan penuh semangat. ‘’ teng…teng…’’ bel berbunyi tandanya untuk pulang. Hari ini aku pulang sendiri lebih awal sampai di depan rumah aku melihat banyak orang yang berada di dalam rumah, pikiranku mulai kacau dan banyak pertanyaan. Aku masih berada di luar rumah dan melihat keadaan yang terjadi, aku tak tahu apa yang terjadi ketika aku mulai melangkah menuju rumah, aku melihat ayah kandungku mengusap airu mata. Aku melangkah perlahan-lahan menuju ruang tengah. Banyak orang mengerumuni seseorang yang duduk dibangku itu, karena banyak orang orang aku tidak dapat melihat sispa orang itu, tanpaknya tidak asing bagiku, tubuhku gemetar dan keringat dingin saat aku menghampiri sosok itu, mereka semua melihatku dan menangis ternyata sosok itu adalah ibuku yang sedang bersandar di kursi dengan tubuh setengah mati, aku tidak bisa membendung air mataku, aku menangis dengan histeris seolah-olah semua ini tidak adil. Aku berlari ke kamar aku tak sanggup melihat keadaan ini, Tuhan … mengapa Engkau mengizinkan semua ini terjadi? Luka dan perih membalut hatiku saat itu Ayah datang dan memelukku dengan erat dan berkata kamu harus kuat pasti Tuhan punya rencana yang indah buat kita terutama buat untuk Ibu.