Mahensa Express.Com – Alor, Kandidat Doktor, I Wayan Agus Anggayana
Dihubungi Mahensa Express.Com dihubungi melalui pesan WhatSapp-nya, Minggu (04/08/2019) mengatakan sejak mengambil program S1 dia melakukan penelitian sistem afiksasi dialek Bugbug Bahasa Bali Aga. Dari situ dirinya mulai tertarik meneliti bahasa serta dapat memahami sistem afiksasi dialek Bugbug sehingga menjadi langkah awal mendekatkan diri untuk meneliti bahasa. Dibimbing oleh DR. I Gede Budasi, M.Ed. dan Drs. I Wayan Suarnajaya, M.A., Ph.D.
Dikatakan setelah berhasil menyelesaikan studi S1 pada Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha. Tak patah semangat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Magister (S2), Berbekal ilmu bahasa dan pendidikan yang telah ditempuhnya selama ini. Tak pernah luput dari perhatiannya gaya bahasa yang dilakukan oleh pedagang keliling serta toko seni yang berlokasi pada objek pariwisata di Bali. Hal ini mendorong rasa pengabdiannya agar dapat berkontribusi meningkatkan kualitas bahasa pedagang keliling dan toko seni melalui karya tulis yang berjudul “Developing English for Specific Purposes Course Materials for Art Shop Attendants and Street Vendors” yang dibimbing oleh Prof. DR. Putu Kerti Nitiasih, M.A. dan DR. I Gede Budasi, M.Ed.
I Wayan Agus Anggayana yang juga kandidat Doktor ini mengatakan, tulisan ini bertujuan agar penggunaan Bahasa Inggris dipergunakan sesuai dengan fungsinya. Sebab selama ini pedagang keliling menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan bahasa inggris pada umumnya apalagi ditambah budaya penutur asli yang berbeda.
Hal ini sempat memberikan dampak kurang baik bagi perkembangan pariwisata Bali, jangan sampai wisatawan menilai pemerintah tidak aktif melakukan pembinaan.
Untuk itu dirinya yang juga sebagai pedagang keliling serta mahasiswa di Universitas Pendidikan Ganesha Bali saat itu ingin berkontribusi dalam bentuk materi bahasa Inggris yang tepat untuk diajarkan kepada pedagang keliling serta toko seni yang berlokasi di objek pariwisata sebagai wujud pembinaan.
“Setelah menyelesaikan pendidikan Magister selanjutnya mengabdikan diri sebagai dosen, satu tahun berjalan berkarir sebagai dosen.
Berbekal rekam jejak kerja serta karyanya yang baik maka dia lolos Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN).
BPPDN merupakan beasiswa yang disediakan bagi dosen tetap yang bertugas pada perguruan tinggi di bawah pembinaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk melanjutkan pendidikan S3 yang saat itu usianya 23 tahun masih tergolong sangat muda pada program studi Ilmu Linguistik Universitas Udayana Bali.
Dirinya sangat bersyukur mendapat kesempatan mempelajari ilmu bahasa lebih dalam lagi sehingga dapat bermanfaat kedepannya bagi masyarakat untuk menjaga, meletarikan bahasa dan budaya sebagai nilai jual yang tinggi dalam dunia pariwisata.
Menurut, kandidat Doktor ini, melihat beberapa tulisan pada beberapa artikel yang terbit pada jurnal nasional hingga internasional masih minimnya publikasi yang mengangkat kabupaten Alor. Kandidat doktor ini berharap tahun yang akan datang banyak peneliti yang meneliti di kabupaten Alor dan mempublikasikannya,”ucapnya.