Mahensa Express.Com, Namanya Ruslan Buton. Mantan prajurit TNI, dengan pangkat terakhir kapten. Hari ini (Sabtu, 31/8) pernyataan terbuka yang ditujukannya untuk pimpinan negara meramaikan jejaring media sosial.
Di dalam pernyataan itu, Ruslan Buton menyampaikan kepeduliannya pada respon negara menangani kerusuhan di Papua dan aksi pendukung separatis di depan Istana Negara.
Kepada Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu, Ruslan Buton mengatakan, dirinya mengajak orang-orang yang masih berjiwa nasionalis untuk menyelamatkan bangsa ini.
“Kita melihat saudara-saudara kita di Papua sana, tentara banyak yang ditembak mati. Tidak ada tindakan. Tentara tidak diperbolehkan membawa senjata (sementara mereka diserang). Kan lucu itu,” katanya.
“Kita sebagai prajurit yang setia pada tanah air ini harus ikut bertanggung jawab memikirkan mereka,” demikian Ruslan Buton.
Berikut adalah pernyataan terbuka Ruslan Buton yang viral di jejaring media massa:
Atas nama Rakyat dan Bangsa Indonesia, kami mantan Prajurit TNI dari Tiga Matra Darat, Laut dan Udara atau di singkat Serdadu X-Trim Nusantara yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara dari Sabang sampai Merauke.
Menyikapi perkembangan situasi bangsa saat ini khususnya gejolak yang terjadi di Papua.
Ketika massa menyuarakan Papua Merdeka, mengibarkan bendera bintang kejora dengan bebasnya di kantor-kantor pemerintahan, membakar obyek vital, mengintimidasi warga pendatang, membunuh aparat TNI-Polri. Mereka melakukan itu dengan sangat keji, anarkis dan tidak terkendali. Pertanyaannya adalah, di mana keberadaan negara saat ini?
Rekan kami prajurit di lapangan, meskipun terancam nyawanya tapi mereka masih begitu loyal terhadap perintah atasan. Imbauan mengamankan aksi massa dengan persuasif tanpa senjata mereka lakukan, bahkan senjata hanya diamankan dalam sebuah truk yang hanya dijaga oleh beberapa prajurit tanpa senjata. Akibatnya apa?
Situasi ini dimanfaatkan baik oleh mereka yang berencana mendirikan negara dalam negara. Prajurit hanya menjadi tumbal dan sasaran empuk bagi para pemberontak itu. Tubuh prajurit dijadikan lesan hidup untuk latihan memanah bagi para penghianat negara. Dimana tanggung jawab Anda sekalian sebagai pimpinan?
Begitu lemahnya standar pengamanan atau protap yang kalian buat membuat Prajurit sangat lemah dan tidak berdaya ketika dihadapkan dengan situasi seperti ini. Inilah bentuk kedunguan dan ketololan kalian membiarkan Prajurit di lapangan jadi lesan hidup.
Bagi setiap Prajurit, mati dalam medan tugas adalah suatu kehormatan. Akan tetapi bila Prajurit mati konyol karena kedunguan dan ketololan pimpinannya yang salah mengambil kebijakan itu adalah sebuah pengkhianatan.
Miris, prihatin, menangis, sedih dan mendidih darah ini melihat kondisi rekan kami Prajurit di lapangan.
Saat ini situasi di Papua sedang membara. Tentu kita semua tidak ingin Negara runtuh. Kita semua ingin Negara ini tetap utuh dalam bingkai NKRI.
Oleh karenanya kami mantan Prajurit dari tri Matra atau Serdadu X-Trim Nusantaraberikrar:
1. Setia kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2. Siap Membela Institusi TNI baik secara perorangan maupun institusi bila martabatnya di lecehkan oleh pihak mana pun juga. Sebab harga diri TNI adalah harga diri Bangsa dan Negara.
3. Rela berkorban jiwa dan raga bila ibu pertiwi memanggil demi Sang Merah Putih.
Kepada Yth. Bpk Panglima TNI, Para Kepala Staf Angkatan, Bpk Kapolri, Bpk Menkopolhukam.
Dimanakah nurani Anda sekalian ketika melihat rekan kami Prajurit di lapangn tergeletak dihujani peluru, sabetan parang dan anak panah?