Pekan lalu, Indikator Politik sebelumnya telah melansir sebuah survei terkait kinerja Jokowi. Dalam survei tersebut, disebutkan bahwa ada sejumlah 68 persen masyarakat yang merasa puas dengan kinerja Jokowi tetapi tren elektabilitas Jokowi sejak tahun 2016 lalu hingga September 2017 hanya berkisar di angka 48 persen.
Karena itu, menurut Burhanuddin, ada tiga kriteria yang mesti dipenuhi jika nantinya Jokowi memilih sosok wakil presiden untuk mendongkrak elektabilitasnya. Yang pertama adalah sosok yang bisa memenangkan pemilihan umum (winning the election) karena menang menjadi hal yang menentukan siapa yang bakal menjadi pendamping Jokowi.
Untuk ukuran yang pertama memang harus winning the election, karena dua ukuran yang lain, jadi enggak ada apa-apanya kalau kalah,” ucapnya.
Sebab, kata Burhan, ada segmen tertentu pada masyarakat kita yang puas terhadap kinerja Jokowi tetapi tidak mau memilihnya, yakni segmen pemilih muslim. Karena itu, posisi wakil presiden harus mampu menarik pendukung masyarakat yang puas tetapi tidak memilihnya tersebut.
Kemudian yang kedua, menurut Burhan, kriteria yang mesti dipenuhi adalah sosok yang memiliki kemampuan untuk memerintah. Artinya, bahwa sosok tersebut bisa melengkapi Jokowi yang memiliki kemampuan secara teknokratis.
Yang terakhir, sosok yang akan mendampingi Jokowi tersebut harus memiliki kemampuan menyatukan suara-suara partai politik pendukungnya. Apalagi jika nanti ada partai pendukungnya yang tidak menerima dengan calon usulan Jokowi. “Kalau misalnya salah satu partai menyodorkan ketua umumnya sebagai wapres, apakah yang lain ikhlas?” ucap Burhanuddin.
Hasil survei Indikator Politik sebelumnya, mencatat ada tiga nama yang dinilai publik layak menjadi pendamping Jokowi pada pemilihan presiden 2019 mendatang. Ketiga nama tersebut adalah Gatot Nurmantyo, Sri Mulyani Indrawati, dan Tito Karnavian.(Dias Prasongko)