Itulah akibat dari Politik Pencitraan ,yang bisa di beli dengan uang.
Adapun masalah “Gila Hormat”,ini sering kita temui ketika seorang publik figur atau penguasa yang sedang exist dengan jabatan-nya,melakukan suatu tindakan yang tercela,lalu di kritk oleh seseorang ,atau diungkapkan di media ,mereka hilang kendali dan kontrol diri,lalu mengajukan gugatan ke pengadilan agar si penkritik itu di masukan ke penjara,berapa-pun mahalnya biaya pencitraan dan nama baik itu,mereka tempuh.Sebaliknya mereka yang terjerat hukum-pun bisa lolos dari jeratan hukum dan namanya menjadi lebih tenar dari sebelumnya saking lihainya membeli kehormatan dengan kekuatan uangnya mampu membayar pengacara dan via publikasi media,serta para koloninya yang telah di mandi madukan oleh oknum tersebut.
Begitu-pun Evoria Kemenangan yang dapat melupakan segalanya,Lupa kalau bangsa ini sedang dalam keadaan kritis,banyak kemelut dan krisis sosial lainnya.Padahal Kalah dan menag dalam pertarungan itu seharusnya disikapi biasa saja,tokh kemenangan yang sekejap tidak bisa mengcover krisis yang sedang melanda bangsa ini,lagi pula bila dihitung-hitung berapa besar uang negara yang terkuras demi mencapai kemenangan yang semu itu,dibandingkan dengan jumlah biaya untuk kesejahteraan yang di gulirkan oleh negara kepada rakyat yang kini sedang menderita,juga tidak sebanding dengan kemenangan yang di raihnya selama TIMNASitu berlaga sejak dulu hingga kini.
Karena ingin meraih nama baik,berapa-pun harganya di beli saja,padahal Kejahatan Korupsi yang telah mencapai rekor dunia itu tidak bisa digantikan dengan Peraihan Piala Asia oleh Tim Nas Kita,apalagi kemenangan tersebut hasil dari naturalisasi,sebenarnya apa yang harus di banggakan dari semua itu,dan apakah kemenangan itu dapat melepaskan bangsa ini dari jeratan hutang luarnegri?,atau keterpurukan hukum di dalam negri,atau bisa memberantas korupsi,atau-pun bisa menghilangkan dekadensi moral bangsa ini,terlebih dapat mensejahterakan rakyat negri ini. Yang jelas uang negara dan rakyat terkuras demi mempertahankan nama baik yang semu tersebut.
Dengan demikian,bahayanya sudah sangat terasa oleh kita semua yaitu,para pengelola negri ini rame-rame “nebeng beken” dari even -even tersebut,sedangkan rakyat???????,sampai kapankah mereka akan dapat merasakan keadilan dalam Demokrasi ini.
Semuanya itu adalah buah dari di terapkannya Sekulerisme dan kapitalisme,yang merambah kepada liberalisme,sehingga semua bisa di beli dan di ukur dengan materi,bahkan rakyat -pun bisa seketika lupa bila di hadapkan dengan materi yang didapat sesaaat.
Sampai kapankah????
Oleh: Masdian Adidore,SH