- Oleh : Victor B. Oilsana, S.Kom. Guru SMK Negeri 3 Kalabahi. Email: linkvictoroilsana@gmali.com
Kata Pengantar
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena dengan rahmat dan penyertaannya saya dapat menulis karya tulis ini yang berjudul “ Terpanggil Menjadi Lilin Kecil “ . dengan karya tulis ini kita dapat belajar dan dapat memahami kehidupan seorang guru di daerah terpencil setelah terpanggil menjadi lilin kecil yang siap membakar dirinya demi menerangi setiap orang yang membutuhkannya. Adapun hambatan dan rintangan yang datang menghantui penulis dalam menulis. Tetapi kita harus tetap optimis bahwa bagi Tuhan Tidak ada yang mustahil Walaupun demikian, penulis masih membutuhkan masukan dan pikiran-pikiran dari pembaca dalam penyempurnaan karya tulis ini. Akhir kata kiranya karya tulis ini bisa menjadi referensi buat pembaca terlebih siswa-siswi SMK Negeri 3 Kalabahi.
Latar Belakang
Generasi muda adalah the leader of tomorrow. Oleh karena itu, ditangan kaum mudalah nasib sebuah bangsa dipertaruhkan. Jika kaum mudanya memiliki semangat dan kemampuan untuk membangun bangsa dan negaranya, maka semuanya itu akan kembali kepadanya. Hasil pembangunan dalam aspek apapun sebenarnya adalah untuk kepentingan dirinya dan masyarakatnya.
Para generasi pendahulu telah menghasilkan karya besar bagi bangsa ini. Kemerdekaan bangsa merupakan karya monumental yang luar biasa yang dihasilkan oleh para founding father’s negeri ini, yang tidak lain adalah para pemuda. Kemerdekaan bangsa ini bukan dihasilkan melalui warisan para penjajah, namun dihasilkan melalui tercecernya keringat dan darah, semangat dan aktivitas, retorika dan diplomasi yang dilakukan oleh para pendahulu. Indonesia pertama kali dapat dilihat dari kebangkitan bangsa tahun 1908 atau tepatnya ketika berdiri Boedi Oetomo tanggal 20 mei 1908. Melalui proses kebangkitan bangsa ini, maka para pemuda telah menggelorakan semangat agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang tidak terserak-serak dalam arti wilayah, suku, ras, agama dan sebagainya, akan tetapi telah memiliki kesadaran berorganisasisebagai persyaratan untuk kebangkitan nasional. Salah satu tonggak lain, persatuan dan kesatuan bangsa sebenarnya ketika terjadi Sumpah Pemuda tanggal 28 oktober 1928. Hal ini berarti pemuda telah memiliki peran yang sangat signifikan dalam proses pembentukan Negara kesatuan Republik Indonesia. Melalui Sumpah Pemuda: Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa Indonesia, merupakan titik awal bagi proses pembentukan Negara bangsa yang kemudian dikenal sebagai Negara dan Bangsa Indonesia. Kongres para pemuda ditahun tersebut tentunya tidak bisa dibayangkan seperti rapat umum di zaman sekarang. Rapat Umum para pemuda kala itu tentu berada dibawah baying-bayang kekuasaan kaum kolonialis, sehingga akan terjadi banyak kesulitan yang dihadapi. Meskipun begitu, para pemuda dengan sangat antusias dan semangat akhirnya dapat mencetuskan gagasan mengenai Indonesia pasca penjajahan, Indonesia merdeka.
Banyak anak muda yang menganggap mereka sebagai kaum “kolot”, kuno dan tidak mengikuti kemajuan zaman. Toh, dengan tuduhan seperti itu mereka tetap ada dan bertahan sekuat tenaga. Tentu hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Pepatah mengatakan, semakin tinggi pohon yang tumbuh, semakin kencang angin yang menderanya. Begitu juga persoalan krisis identitas sosial budaya. Semakin pesat perkembangan zaman, maka semakin besar kontribusinya terhadap krisis identitas sosial budaya di negeri ini, terutama di kalangan generasi muda.
Lantas, apa yang harus kita perbuat? Salah satu usaha yang bisa dilakukan ialah dengan meningkatkan kembali pendidikan kebudayaan di jenjang pendidikan Indonesia, dari tingkat dasar hingga pendidikan tinggi. Tidak hanya terbatas pada pendidikan formal semata, namun lebih kepada pendidikan nonformal. Hal ini terutama pada jenjang pendidikan Menengah. Kita mengetahui, generasi muda yang menempuh jenjang pendidikan tinggi memiliki tingkat produktifitas dan kreatifitas yang tinggi. Maka, hal itu merupakan sebuah modal yang perlu dikembangkan ke arah yang lebih baik. Sudah sepatutnya, jenjang pendidikan menengah menaruh perhatian besar terhadap pendidikan budaya membaca terhadap siswa.
agi saya, menjadi guru adalah sebuah panggilan dan pelayanan serta menjadi suatu kebanggaan tersendiri yang luar biasa, Karena pergumulan doa kedua orang tua ku bahwa menjadi seorang guru sama seperti lilin kecil dengan membakar dirinya sendiri untuk menerangi setiap orang. Seorang guru siap melayani, selalu mengedepankan kepentingan umum dari pada pribadi. Ini sudah menjadi tugas pokok seorang guru, sebab nasib generasi penerus bangsa berada di bawah tanggung jawab seorang guru. “ Awal menjadi guru pada tahun 2012, perasaan saya agak sedikit pesimis sebab saya bukan seorang jebolan FKIP sarjana pendidikan.
“ Pergumulan Doa Kedua Orang Tua Menjadi Inspirasi bagi ku”
Selesai kuliah tahun 2010, kemauan orang tua saya harus pulang kembali ke Alor untuk mengabdi pada SMA Negeri 2 Kalabahi tempat saya melakukan penilitian saat masih kuliah semester enam, saya dikasih informasi oleh orang tua bahwa sekolah tersebut lagi membutukan tanaga komputer untuk mengajar mata pelajaran TIK dan itu di sampaikan kepala sekolah kepada orang tua saya tetapi saya tetap pada pendirian tidak mau menjadi guru. Sehingga saya putuskan untuk tidak pulang dan mencari kerja di Ibu Kota Propinsi Nusa TanggaraTimur di Kupang, disana saya diterima bekerja sebagai operator komputer pada salah satu perusahaan yang bergerak dibidang penjualan obat-obatan. Setahun kemudian saya tidak merasa nyaman dan berpindah ke suatu Dealer mobil Susuki tapi hal yang sama saya rasakan. Mungkin karena pergumulan Doa kedua orang tua yang tidak saya turuti selama ini .
Setahun kemudian Bapak saya dipanggil pulang oleh yang maha kuasa tepatnya bulan oktober tahun 2011 dengan kepulangan bapak maka saya mulai sadar dan mengambil keputusan untuk pulang alor. Sejak itu mama berkata mengajar saja di sekolah supaya bisa istrahat di waktu anak-anak sekolah libur. saya berpikir sampai kapan saya harus mendengar orang tua dan melakukan apa yang mereka inginkan…? Lagi pula bapak sudah tidak ada sementara mama sendiri oleh sebab itu, saya menyetujuinya dan melamar ke SMK Negeri 3 Kalabahi dan puji Tuhan saya di terima sebagai guru tidak tetap (GTT) di sekolah tersebut sampai dengan sekarang berkat bergumulan panjang kedua orang tua saya.
Terpanggil Mengabdi Untuk Kampung Halaman
Indonesia sebagai Negara berkembang semakin dituntut untuk mengikuti arus globalisasi dunia. Manusia dihadapkan dengan berbagai fasilitas dunia menuju kemakmuran. Salah satunya adalah perkembangan teknologi yang semakin mudah dijumpai. Berbagai fasilitas, kualitas dan manfaat yang ditawarkan oleh teknologi informasi, yaitu memudahkan hidup manusia dalam mengakses berbagai informasi. Dengan ini memudahkan kita untuk belajar dan mendapatkan informasi yang kita butuhkan dari mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja. Alvi Sri Andini (2005).
Setelah Menamatkan Pendidikan saya merasa terpanggil menjadi seorang guru Dikarenakan pemerintah melaksanakan program pemerataan pendidikan di Kabupaten Alor ini. sehingga, sekolah-sekolah mulai dibangun di setiap kecamatan dan dengan kebijakan ini banyak sekolah (SMK) kekurangan guru, maka saya siap mengabdi sebagai guru tidak tetap pada SMK Negeri 3 Kalabahi, Kabupaten Alor sampai dengan saat ini . tetapi dengan basic pendidikan saya yang bukan guru ini tidak menjadi alasan untuk berhenti berjuang demi mencerdaskan anak-anak bangsa.
Awal masuk pertama menjadi seorang guru saya cukup pesimis namun itu bukanlah suatu halangan, bagi saya itu adalah sesuatu yang menantang dalam memperdalam ilmu yang sudah dipelajari sejak masih dibangku kuliah. Apalagi disaat melihat dan mendengar curahan hati anak-anak, saya langsung tersentuh untuk mau mendidik mereka semampu apa yang saya bisa berikan karena kalau bukan saya sebagai putra daerah siapa lagi yang mau mendidik mereka.
Merendah bukan berarti kalah.
Dewasa ini, penggunaan internet telah merasuk pada hampir semua aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, pendidikan, hiburan, bahkan keagamaan. Para pelajar merupakan salah satu pihak yang paling diuntungkan dengan kemunculan internet. Aneka referensi, jurnal, maupun hasil penelitian yang dipublikasikan melalui internet tersedia dalam jumlah yang berlimpah.
Dalam menjalankan tugas adapun halangan yang saya hadapi baik itu dari luar maupun dari dalam sekolah sendiri mungkin karena orang tua belum terlalu paham dengan pendidikan dan teknologi sehingga mereka kadang tidak mendukung apa yang diterapkan disekolah bahkan ada yang berkata “ jangan mengajar anak tentang internet karena itu orang bilang banyak negative didalamnya” tetapi saya katakan kita dijaman teknologi informasi dan komunikasi, anak-anak harus di ajarkan tentang internet karena itu sudah menjadi bagian dari jurusan yang mereka ambil yaitu teknik komputer dan jaringan tergantung dari pribadi anak itu sendiri kalau memang dia mau belajar, tidak mungkin dia mau yang selalu negatifnya.
Harapan saya terhadap orang tua murid supaya terjadi kerja sama yang baik dengan pihak sekolah agar demi menunjang pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan prestasi dan kreatifitas anak. Saya pun berharap untuk teman – teman guru baik PNS maupun honor agar bergandeng tangan saling mendukung dalam mendidik dan menuntun serta mencerdaskan anak bangsa dalam menggapai cita-cita mereka.
PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER
Penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran berfungsi sebagai media dan sumber belajar bagi siswa, menarik perhatian, meningkatkan kualitas belajar, mengaktifkan peserta didik dalam hal berinteraksi.
Menerapkan Teknologi informasi kedalam pembelajaran memiliki beberapa keunggulan berikut. (a.) Sistem Pembelajaran lebih inovatif dan interaktif. Guru akan dituntut untuk kreatif inovatif dalam mencari terobosan pembelajaran. (b) Mampu mengabungkan teks, gambar, audio dan video dalam satu kesatuan yang saling mendukung guna tercapainya tujuan pembelajaran. (c) Menarik perhatian dan mampu menimbulkan rasa senang selama PBM berlangsung. Pembelajaran berbasis komputer mempunyai beberapa keunggulan namun disamping itu adapun beberapa kendala yang sering ditemukan dalam menerapkan metode ini : (a) Kurangnya sarana prasarana yang mendukung PBM berbasis komputer ini. (b) Siswa belum terbiasa mengoperasikan sebuah PC (c) Minimnya rasa ingin tahu siswa terhadap perkembangan teknologi. Sutrisno, W. (2009)
TALENTA BESAR NAMUN BELUM DIKEMBANGKAN