Sastra

Kumpulan Puisi : Phasi Padamaley

93
×

Kumpulan Puisi : Phasi Padamaley

Sebarkan artikel ini

Aaah, anak angin tak ingin lagi
Aku rasakan walau ia menawarkan teduh membelai hati, menenang gumam dendam dalam gendongannya hening.

Namun keheningannya menyamar kasih membawaku disuatu mata hati segala candu, pembujuk rasa, hendak mencari peraduan menutup mulut sekalipun meradam dendam ke relung malam.

O, alam
Aku terjebak di malam butah, merebah segala gelisah di mata hati, aku seperti kehilangan arah dan langkah juang terlibas angin sumpah serapah.

Karya : Phasi Padamaley
” perangkai sepi ”
Jakarta, 1 Agustus 2018

Lampu Lampu Jakarta :

Di sana, di remang lampu-lampu jakarta
Seikat kembang layu terkulai dendam kembara
Aku tanya melambai kasih.
namun, terlambat ia telah pergi diseret germo ke hotel berbintang

Aku bisa apa, kecuali membanting diri
Menghitung guguran kembang yang pelan-pelan pupus di rundung kemalangan

Pucat wajahku di separuh malam
Melihat wanita berkulit langsat itu di seret germo ke remang-remang lampu Jakarta
menghampiri malapetaka

Karya : Phasi Padamaley
Napak tilas lampu lampu jakarta

Jakarta, 12 Juli 2018

Aku bukan perempuan malam; tuan 2

Tuan, aku bukan perempuan malam
Sehingga kau perkosa berulangkali dengan kasar-kasar tanpa alas kasur

Tuan, aku anak kemarin yang rimbun ikuti zaman. Namun, aku bukan untuk diperdagangkan seperti rombengan dipasar malam ataupun dipasar mingguan

Tuan, aku bukan ranting-ranting musim yang tabah, ketika dipenghujung musim kompanye dan pemilu, kau coba memugar janji purbakalamu menjadi kata semoga yang subur dalam rahim-rahim ingatan.

Aku berkhayal sebelum musim berlalu
Sepertinya ada yang melubangi hati
Ternyata janjimu tak sabar menghidangi kami dan cuma mampir ngopi.

Aku pernah berpikir, tiba saatnya aku undur diri, sebab ia adalah janji yang berulangkali kambuh

Ya, ini curahan hati gadis nusa kenari
Berkulit langsat senyum manis dipipi itu, ternyata tetangganya mbah marani sebelah warong kopi ; tuan, nyasarmu dikamarku hanya ingin ngopi.

Aku memilihmu dengan rasa cinta yang tak sanggup aku menulis dan membacakan dimimbar publik
Namun telah aku paksakan dengan kehati-hatian dalam hati yang berulangkali kau sakiti.

Karya : Phasi Padamaley
” perangkai sepi ”
Jakarta, 25 Juni 2018

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *