Tapi dalam perkembangannya, menguat tantangan dari paham keagamaan ekstrem, bahkan cenderung teroris, apalagi setelah adanya ISIS tahun 2014, kata Kiai Ma’ruf, maka kita harus mengembalikan lagi, menguatkan lagi paham Islam Wasathiyah, untuk mengembalikan pada prinsip berbangsa dan bernegara. “Istilah saya, ar-ruju’ ilal mabda’, kembali ke basic, ke pangkal lagi, seperti waktu pendiri bangsa mendirikan NKRI,” kata Kiai Ma’ruf.
Kiai Ma’ruf kemudian menceritakan pertemuannya dengan PM Singapura, Lee Hsien Loong, Selasa siang (16/10) di Istana Singapura. “Saya berbincang dengan PM, tentang persoalan yang kita hadapi. Pentingnya membangun ekonomi berkeadilan. Menangani disparitas kaya miskin, juga disparitas antar daerah.”
Pada masyarakat Indonesia di Singapura, Rais Am PBNU 2015-2018 dan Ketua Umum MUI ini menyampaikan, “Agar bisa mencerminkan wajah Indonesia yang rukun, santun, dan bersahabat. Saya berharap, terutama dalam menghadapi Pilpres yang akan datang , tidak terjadi konflik akibat perbedaan pilihan. Sehingga dapat menjagaa keutuhan dan perilaku terpuji sebagai bangsa besar dalam rangka menjaga hubungan persahabatan Indonesia dan Singapura.”
Sejumlah perwakilan dan tokoh masyarakat Indonesia di Singapura juga menyampaikan pandangan, harapan, dan testimony aktivitas mereka di Singapura. Tampak mantan Gubernur BI 1993-1998 J. Soedrajad Djiwandono (80 tahun) dan musisi Chandra Darusman (61), adik politisi Golkar, Marzuki Darusman.
Soedrajad mengajar di RSIS-NTU tentang Ekonomi Indonesia, selama 16 tahun terakhir. “Tapi saya tidak pernah menerima tawaran menjadi Permanent Resident,” kata Soedrajad. Chandra Darusman yang tengah bekerja di lembaga PBB yang menangani inovasi, usul, “Pada kabinet mendatang, saya usul ada Menko Bidang Inovasi.”
Seorang perwakilan Pekerja Migran Indonesia (PMI) mengusulkan ada pengiriman ustadz-ustadz secara rutin dari Indonesia untuk membina PMI. Ada pula testimoni dari pimpinan BI, Bank Mandiri, BRI, dan BPKM perwakilan di Singapura. Seorang Pastor Katolik dan Pendeta yang khusus menggembala warga Indonesia penganut Katolik dan Kristen di Singapura juga menyampaikan aktivitas masing-masing. Temu warga malam itu ditutup dengan sesi foto bersama. Beberapa warga minta foto selfie usai foto bersama. (**)