Lalu beliau menjawab bahwa ponsel Samsung flip itu hadiah ultah dari sang putera. Oh so touching….
Nah, setelah menelepon itu, lalu beliau memeriksa SMS masuk. Tiba-tiba Jokowi menunjukkan pesan teks dari seorang petinggi negeri, yang menyatakan dukungannya bagi Jokowi untuk maju sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta.
Singkat kata, kami pun terbang. Acara di Surabaya berlangsung sukses. Banyak yang terinspirasi dan mendapat api semangat baru untuk berwirausaha. Termasuk seorang pengusaha muda dari Malang datang karena begitu mengagumi Jokowi.
Menggunakan motor, Faris Montis, nama anak muda itu, menembus hujan dan perjalanan hampir 90 kilometer demi mendengar tips sukses dan berfoto bersama Jokowi, sekalian untuk meng-endorse produk makanan kemasannya.
Sepulang dari Surabaya menuju Solo, Jokowi ‘kapok’ naik pesawat lagi. Ia tak mau pengalaman delay dan terlunta-lunta di bandara kembali terulang. Kali ini, kami memilih naik kereta api, dari Stasiun Gubeng menuju staasiun balapan.
Suasana tak terduga terjadi sepanjang perjalanan kereta. Para penumpang berebut berfoto dengan Jokowi, yang sudah kondang sebagai media darling, Wali Kota berprestasi dari Surakarta. Saya sampai berkata pada Jokowi untuk pindah kursi agak jauh.
“Pak, saya izin geser ya, agak Bapak bisa leluasa,” katanya. Jokowi mengiyakan.
Cerita belum kelar di situ. Sampai di Solo, Pak Jokowi harus buru-buru ke Balai Kota. Ada tamu yang menunggunya. Eh, tak diduga, sedan mobil dinas Wali Kota mogok. Saya menawarkannya untuk menggunakan mobil dan supir saya.
Saat itu, saya punya ide kepada pengemudi mobil dinas Pak Jokowi. “Bagaimana kalau saya coba dorong mobil ini. Siapa tahu bisa jalan,” usul saya kepada Suliadi, pengemudi mobil dinas yang tujuh tahun bersama Jokowi.
Pak Suliadi menjawab, “Sampeyan gak bakal kuat, Mas Liliek.” Ah, masa, Benar juga. Berat bener Camry lawas itu.
Begitu jok belakangnya dibuka, baru ketahuan isinya buanyak bener. Bertumpuk-tumpuk beras seukuran 5 kilogram. Beras itulah yang kerap dibagi-bagi Pak Jokowi kala bertemu dengan warga.
Pak Jokowi memang selalu dekat dengan warga. Ia rakyat biasa. Tak berjarak. Lebih suka ngopi di ruang tunggu daripada masuk lounge. Tak risih bareng-bareng warga di kereta api. Dan mobil yang selalu penuh dengan bingkisan bermakna bagi warga. Jokowi adalah kita. Dan dia tak pernah berubah.