Oleh : Batua Abdullah
Perbincangan mengenai toleransi antar komunitas adat, budaya dan hukum alam pasca berdirinya Kabupaten Alor, ini akan dihadapkan pada tiga pertanyaan. Pertama, bagaimana membangun kembali semangat saling percaya dalam interaksi antar komunitas budaya Nuh Atinang , setelah konflik-konflik komunal yang menggunakan sentimen suku berlansung sporadis di berbagai sudut dan lorong kota yang berbentuk kepala burung ini. Kedua, bagaimana meletakkan posisi budaya dan wajah Nuh Atinang yang seakan hilang dan mati suri dalam rahim ibundanya sendiri. Lebih lebih beberapa waktu belakangan ini wawancara publik diramaikan dengan tuntutan dan harapan masyarakat yang pada umumya menginginkan bahwa pada Tahun 2024 nanti adalah kesempatan untuk memimpin kabupaten ini harusla berasal dari Kepala Burung ( Nuh Atinang), dalam menegakkan Syariat 10-3-7 secarah nasional di bumi Nusa Kenari ini.Ketiga, bagaimana Komunitas Adat Nuh Atinang berdampingan dengan diversitas budaya yang dilahirkan oleh masyarakat multikultural, bagaimanapun dalam konteks kekinian, sejarah dan situs situs budaya Nuh Atinang harus di kibarkan keangkasa agar berdiri sejajar bersama dengan saudaranya yang lainnya.
Ketiga pertanyaan ini sangat relevan ditengah makin kuatnya penggunaan politik identitas dalam berbagai konflik komunal dimasa transisi seterti terjadi pada peristiwa zaman Nabi Ibrahim.As pada saat yang bersamaan simbol adat juga seringkali digunakan dalam merespon dampak moderenitas yang menyentuh komunitas kebudayaan. Ada yang mengunakan dalam kerangka yang reseptif menerima dan mengelolah serta ada yang mengusung dalam kerangka yang seksi dan sensitif.
Ada pertanyaan yang sangat sulit setelah itu, yakni bagaimana upaya untuk mengembalikan doktrin pemahaman dan pilihan keliru yang sempat tetak akibat pertikayan politik mau menang sendiri dari beberapa oknum berfikiran sempit demi kenikmatan perorangan. Jawaban atas pertanyaan itu tidak mudah untuk menjinakkanya kembali, namun ada beberapa upaya dan harapan yang perluh dibangun oleh anak cucu Nuh Atinang yakni : Kabola, Alila, Adang, Bota, Pitungbang, Otvai, Bangpalol, O,Aa, Lawahing, dan Tabolang ( Adang Bang Ernu). Alor Besar, Alor Kecil dan Dulolong ( Ail Bang Tou) serta Melangwala, Timuabang, Reta, Apuri, Limarahing, Malal dan Bokakele ( Pulbang Itito) untuk merintis kembali kebangkitan antar komunitas Nuh Atinang dari itu marila bergandengan tangan, satukan pendapat dan pusatkan harapan hanya pada satu corong agar dapat membuahkan hasil pada kesematan emas kali ini, jika tidak terwujutkan pada kali ini maka sekiranya kesempatan itu akan muncul lima puluh tahun yang akan datang, mengapa 50 tahun yang akan datang? Yah Cobala menggunakan Rekalkulasi kader Nuh Atinang yang ada.
Rekalkulasi ini sangat erat hubungannya dengan proses mengingat sosok yang paling berpengaruh dalam hal melayani kebutuhan masyarakat, mari kita dengan mata terbuka dan hati yang rendah untuk menghitung kembali generasi Nuh Atinang yang memiliki kemampuan dalam memimpin bukan yang menginginkan jabatan semata, sehingga dapat membangun saling percaya Antar Kominitas Agama,Budaya dan Suku di negeri yang kita cintai ini.
Marila kita memilih calon pemimpin yang memiliki sikap Kredebilitas, cerdas dan mapu mengayomi bawahanyya dengan hati. Karena tanpa kredibilitas mustahil untuk memelihara suatu kesuksesan, perhatikan saja dalam lingkungan yang penuh ketidak percayaan dan prasangka hanya sesikit yang bisa dicapai, saudaraku janji dan komitmen bukan sekedar alat. Jauh lebih penting lagi keduanya dapat dibuktinyayakan dalam bentuk pelayanan. Oleh karena itu kita masyarakat Nuh Atinang harus mempunyai komitmen atas apa yang mampu kita berikan, dan janji apa yang mampu kita tepati dalam sebuah kredebilitas yang kuat dan nyata untuk membawa pada kemajuan, oleh karena itu berhatihatila terhadap janji – janji Kredibilitas. Jangan korbankan itu demi keentingan sesaat.berkatala jujur, dan hormatila Komitmen Anak Nuh Atinang maka kita akan mampu meraih apa yang sekarang bahkan yang akan datang.
Bukala cakrawala untuk memikirkan nasip kita bersama bahwa 2024 Menentukan nasip Nuh Atinang lebih cemerlang.
Dari tulisan singkat ini kmi tidak bermaksud menjatuhkan siapun dan apapun tetapi sekedar memberikan refleksi tambahan bagi Anak Nuh Atinang untuk memikirkan mengapa Harus Nuh Atinang menjadi tamu dirumah sendiri bertahun tahun lamanya.
Salam Handayani dalam melayani Alor cerdas.