Sastra

KERBAU MENJADI BATU DI PANTAI LEWALU

285
×

KERBAU MENJADI BATU DI PANTAI LEWALU

Sebarkan artikel ini

Oleh : Batua Abdullah

Meretas sejarah berdiri Desa Lewalu yang dahulunya disebut juga dengan nama Desa Ampera. Desa Ampera terbentuk dari beberapa kampung yakni : “Awal, Laeival, Lewolang, dan Bangpalol” yang mempunyai pusat pemerintahan desa berada di kampung Lewolang, namun untuk mendapatkan peyanan dan pemerataan dari pemerintah pusat maka beberapa kampung inipun memisahkan diri dari desa Ampera untuk mendirikan desanya masing masing, Kampung Awal menjadi desa Dulolong Barat, kampung Laival menjadi desa Lewalu, kampung Bangpalol menjadi desa Bampalola dan kampung Lewolang tetap menjadi pusat terbentuknya Desa Ampera kala itu hingga sekarang.
Kampung Laeval disebut sebagai Bub Eng Laha Eng yang dapat diartikan sebagai tempat mencari ikan,tempat persingahan dan tempat berlabuhnya perahu di buktikan dengan adanya rumah adat “Kamang Bura” rumah adat 10,-3 dan .atau Kampung Laival yang lebih dikenal dengan nama Desa Lewalu Tanjung Harapan saat ini, sedikit kami memperkenalkan letak Desa ini. Desa ini terlekat persis dibawah kaki gunung Raja Bagpalol dengan jumlah penduduk kurang lebih 1000 jiwa, dengan bermata pencaharian sebagai nelayan dan juga terkenal dengan gerabahnya sebagaimana yang termuat didalam ” introduction To The Wonders Of The Canary Island” sebuah buku yang ditulis oleh senior Florens Maxsi Un Bria (hal.217).
Pantai Lewalu persis dibawah Kantor Desa Lewalu dahulunya adalah merupakan Pelabuhan kapal laut Alor disana ada terlihat sebuah batu unik dan aneh yang menurut cerita masyarakat setempat dan petuah adat Bangpalol “Adang Ali” melalui juru bicaranya ” Mat Asri” ( Nara sumber), dari turun temurun hingga detik ini meyakini bahwa batu bersejarah ini adalah merupakan jelmaan dari seekor Kerbau. Berawal dari dari tiga putra mahkota Raja Tanah ( Afen Faae ) yaitu Singa mo Raja, Raja Mo Raja dan Mate Mo Raja. Yang membawah dua ekor kerbau yang akan disembeli di pantai Pelang Ari ( Pelabuhan Kapal Laut ) Sebagai wujud kasih sayang sesama bersaudara antara satu dan lain yang hendak mengarungi samudera tak bertepi Nuh jauh dari kampung halamnnya, setelah mereka menyembeli seekor kerbau jantan dan akan menyebeli yang betinannya lagi ternyata kerbau betina tersebut telah memutuskan tali ikatannya lalu lari menuju ke tepi pantai, lalu mereka bertigapun berusaha untuk menagkap kerbau tersebut namun tidak membuahkan hasil sebap mereka di hantam gulungan ombak besar di pantai pelang ari hingga terpental, setelah gulungan ombak itupun kembali teduh kembali mereka tidak mendapati Kerbau betina tersebut melaikan Timbulnya sebuah batu besar berbetuk kerbau diantara hamparan kerikil dan pasir, maka merekapun beristerat sambil memperbincangkan kejadian aneh yang menimpa mereka bertiga, lalu dengan bersepakat mereka mengabadika kejadian batu aneh itu dengan nama Voi Aebo ( Batu jelmaan Kebau), setalah itu Mate Mo Raja melepaskan kedua saudaranya Raja Mo Raja dan Singa Mo Raja untuk melanjutkan niat merantau mereka dengan menumpangi perahu Butafata ( perahu jelmaan kulit pinang) dari Mate Mo Raja untuk merantau ke arah Barat dengan membawah tiang rumah adat Lakatuil Bangpalol dengan maksud dan tujuan agar kelak di tanah rantau mereka tetap membangun rumah dengan ukiran tiang yang sama untuk terus dan tetap menginat saudaranya di Kampung halaman. Hingga sampai saat ini orang Bangpalol menyakini bahwa saudara mereka sekarang ini berada di Sumatra dengan dibuktikan adanya ukiran tiang Rumah Adat yang mirip bahkan ada kesamaan motiv ukiran dan adanya satu kabupaten yang bernama kabupaten TARUTUNG yang apabila diartikan dalam bahada daerah Bangplol ( Adang Bang Ernu ) artinya Berpencar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sastra

Kelu Kaku Dingin Gelap pohon kuning keemasan menyorot…

https://gawai.co/docs/pkv-games/ https://gawai.co/docs/dominoqq/ https://gawai.co/docs/bandarqq/