Seorang mahasiswa berusia 20 tahun tewas dalam unjuk rasa Rabu (06/11), di mana terjadi bentrokan antara kelompok pendukung dan kelompok yang anti pemerintah di provinsi Cochabamba, Bolivia.
Dengan demikian total korban tewas bertambah menjadi tiga orang, sejak pemilihan ulang 20 Oktober lalu. Dilaporkan 20 orang mengalami luka-luka dalam aksi unjuk rasa tersebut. Akibat peristiwa ini, tekanan terhadap Presiden Evo Morales untuk turun dari jabatannya pun semakin menguat.
Sebelumnya, pemimpin unjuk rasa Luis Fernando Camacho tiba di ibu kota Bolivia, La Paz, menuntut Evo Morales untuk mengundurkan diri dari jabatannya karena tuduhan kecurangan yang ia lakukan saat pemilihan ulang bulan lalu.
Tuntutan juga terus berdatangan dari beberapa wilayah. Camacho, pemimpin kelompok pro oposisi pemerintah dari kota Santa Cruz berencana untuk mendatangi istana kepresidenan untuk memberikan surat pengunduran diri presiden yang harus Morales tandatangani.
Carlos Mesa yang merupakan rival Morales dalam pemilu presiden, bertemu Camacho di bandara menyambut kedatangan Camacho.
“Saya pikir ini adalah momen mendasar bagi oposisi untuk percaya pada sistem demokrasi dan ini merupakan jalan keluar yang damai,” ujar Mesa.
Sebagaimana diketahui, Evo Morales yang telah menjabat sebagai Presiden Bolivia sejak tahun 2006, kembali memenangkan kontestasi pemilihan presiden Bolivia dan mengklaim bahwa pihak oposisi tengah berusaha untuk melakukan kudeta terhadap dirinya, dan menyalahkan rival-rivalnya terkait unjuk rasa yang terjadi beberapa waktu terakhir.
Artikel ini telah tayang di detikNews dengan judul,” Presiden Bolivia Kutuk Demonstran yang Seret dan Cukur Paksa Wali Kota Vinto.
.