Karya : Phasi Padamaley
” perangkai sepi ”
Jakarta, 1 Juli 2018
(Aku Debu Terlantar)
Debu,
kita adalah anak-anak yang tak dikenali
Kita adalah serpihan zaman yang takkan mengenali apa itu mimpi
Langkah gapai dalam juang penuh rintihan
Ada saja luka-luka dunia hedonis berkabaya indah, pastikan takhluk aku lelaki cilik semata wayang: anaknya papa mama.
Debu,
Aku musnah bersama orang-orang di sana
Di sudut jambang kali ciliung, hilang sudah keisengan kita sewaktu jadi batu di taman istana.
Aku debu, ingin terbang merekat di kaca-kaca jendela: rumah jenral.
Aku debu, ingin merekat erat di wajah bersih tuan dan nyonya.
Aku kesepian di aspal depan rumah istana
Aku seperti terlantar dan di gusur ke pemukiman yang tiada hutan pepohonan
Serta taman bunga dan kembang
O, tuan dan nyonya..
Aku debu yang di injak-injak kaki angkuh bersepatu dor-dor-dor, mungkin saja sewaktu sepatu peninggalan belanda.
O, tuan dan nyonya
Aku ingin juga di warisi seikat sepatu belanda, setidaknya aku dapat merasakan alas kaki bekal meraih mimpi.
Karya : Phasi Padamaley
Djakarta, 20 September 2018