Kedua, perintah ini mengakui bahwa Allahlah yang empunya semua harta kepemilikan. Semua harta yang bisa kita kumpulkan berasal dari Allah. Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya (Ams. 10:22). Mencuri berarti kita mengingkari pemeliharaan Tuhan.
Ketiga, pemeliharaan Tuhan disalurkan melalui pekerjaan. Amsal 10:22 sama sekali tidak berarti bahwa kita tinggal berpangku tangan, lalu berkat Tuhan akan datang dengan sendirinya. Ayat-ayat dalam amsal lain akan segera menyangkalnya. “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak” (Ams. 6:6). Kita tahu bahwa semut tak berhenti bekerja pada musim panas, menyiapkan cadangan makanan untuk musim dingin atau penghujan yang sulit. Atau yang lebih eksplisit, “Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu?” (Ams. 6:9). Paulus juga mengingatkan jemaat Tesalonika dengan keras, “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan” (2Tes. 3:10b).
Hal keempat mungkin kurang eksplisit. Namun, jika kita mengacu kepada kesimpulan kedua hukum Taurat, kita akan menemukan bahwa bukan hanya kita dilarang untuk mencuri, tetapi justru kita harus berbagi. “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan” (Ef. 4:28).
Pembaruan Budi: Mengambil menjadi Membagi
Dunia kita saat ini dipenuhi dengan rupa-rupa bentuk pencurian. Tak jarang kita melihat kejahatan menang dan merajarela. Namun, seorang Kristen dipanggil untuk menjadi berbeda. Jika kita pernah sama dengan dunia ini, kita harus berubah. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Rm. 12:2).
Mari kita melihat lagi Efesus 4:28. Ada satu prinsip yang sangat penting yang tersirat dalam Efesus 4:28, yaitu bahwa orang Kristen dipanggil untuk menjadi penatalayan Allah. Kita bertanggung jawab untuk mengembangkan talenta kita. Bekerja untuk menghasilkan buah. Kita bertangggung jawab untuk mengelola berkat dari Tuhan semaksimal mungkin. Dua menghasilkan dua. Lima menghasilkan lima. Hasilnya kita bagikan kepada yang berkekurangan. Inilah kekristenan. Jika dunia selalu ingin mengambil hak milik orang lain, umat pilihan justru diperbarui budinya untuk dapat membagikan apa yang dimilikinya. Itulah yang diajarkan dalam Kisah Para Rasul 20:35, “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.” Inilah sikap hati yang diperbarui oleh Roh Kudus. Orang Kristen akan lebih berbahagia ketika bisa memberi daripada ketika menerima pemberian orang lain, karena dengan demikian kita menjadi serupa dengan Tuhan kita, Yesus Kristus. Apalagi kalau dibandingkan dengan mencuri! (Pillar)
Feri Nata