Secara pribadi Hansel Jahila melihat peserta dari Provinsi NTT sesungguhnya mampu meraih juara pertama, itu sudah diprediksikan sejak awal lomba, kita sudah diperhitungkan akan masuk dalam 3 besar entah, juara pertama, kedua maupun juara ketiga.
Untuk kompetisi
menurut, Hansel peserta dari 34 provinsi rata-rata sangat bagus. Intinya kembali pada dewan juri kalau juri mau siapa yang jadi pemenang pasti peserta dari provinsi tersebut yang akan ditetapkan menjadi pemenang (juara red),”ucapnya.
Dikatakan prestasi yang diperoleh saat ini merupakan hasil belajar otodidak, seperti nonton youtube . “Kebetulan Ibu saya dulu pernah ikut kegiatan latihan vokal sehingga ibunya juga biasa melatih dirinya tetapi
tetapi sekarang lebih banyak nonton youtoobe, jadi boleh dikatakan selama ini belajar secara otodidak.
Selama ini sudah banyak mengikuti kegiatan perlombaan, pernah juara pertama lomba pidato Konferensi Anak Tingkat Provinsi NTT di Kupang, jadi duta anak Alor pada tahun 2018, Duta anak provinsi NTT tahun 2018, Perwakilan Kabupaten Alor ke ajang Kongres Anak Tingkat Nasional, Juara pertama lomba cerita anak Tingkat Kecamatan Teluk Mitiara dan Tingkat Kabupaten Alor. Untuk FLS2N pada
tahun 2019 ini dirinya meraih juara pertama Tingkat Kecamatan Teluk Mutiara, Juara pertama tingkat kabupaten, juara pertama tingkat provinsi dan juara harapan 3 tingkat Nasional.
Menurut, Hansel dengan prestasi yang ada semakin memotivasi dirinya untuk terus berlatih. “Sesungguhnya kita mempunyai porsi yang sama untuk mewujudkan apa yang menjadi bagiannya kita.
Dia berharap agar semua teman-temannya terus berlatih dan berusaha sebab tidak ada usaha yang tidak membuahkan hasil yang baik karena apabila setiap usaha dilakukan secara baik maka pasti akan memberikan hasil yang memuaskan.
Terima kasih untuk ibu, Efriyanti Salmay,S.Pd yang telah mendampingi dirinya
mulai dari lomba FLS2N
tingkat kecamatan hingga FLS2N tingkat nasional. Terima kasih untuk dukumgan doa dan sport dari bapa/ibu guru dan teman-teman yang mmbuat dia sangat terharu,” apalagi kemarin saat pelajaran Bahasa Indonesia mereka sempat berdoa bersama untuk saya dan itu membuat saya sangat terharu, yang jelas ada sport dan dukungan luar bisa dari sekolah. Dukungan dari orang tua dan keluarga juga sangat saya rasakan dalam setiap kegiatan yang akan saya ikut. Jadi pada prinsipnya bisa seperti ini karena dukungan doa dari semua orang. Intinya dia tidak bisa apa-apa kalau tanpa dukungan dari orang tua, keluarga, sekolah dan dan semua orang yang dengan caranya telah mendukungnya,”ujarnya.
Ayah dan ibunya selalu betpesan untuk dirinya dalam setiap kegiatan lomba yang akan diikuti yaitu, harus rendah hati dan mau mendengarkan masukan dari orang tentang kita. Tidak boleh anggap remeh orang dan harus belajar dari pengalaman. Apapun hasilnya tetap tendah hati dan tidak boleh putus asa, ini yang selalu diingatkan kedua orang tuanya. (efk)